TEMPO.CO, Jakarta - Ternyata, masyarakat Jakarta mayoritas memanfaatkan skuter listrik bukan sebagai alat transportasi bebas macet, melainkan malah untuk rekreasi. Riset yang digelar Research Institute of Socio Economic Development atau RISED menunjukkan, pemanfaatan skuter untuk mobilisasi atau transportasi hanya menyentuh 34,8 persen.
"Sedangkan 64,2 persen atau mayoritas penggunanya memakai skuter untuk keperluan hiburan," ujar Ketua Tim Peneliti RISED Rumaya Batubara dalam diskusi di Hong Kong Cafe, Jakarta Pusat, Kamis, 28 November 2019.
Sigi RISED itu melibatkan seribuan koresponden pengguna jalan di DKI Jakarta dengan rentang usia 20 hingga 65 tahun. Survei ini dilakukan selama dua pekan pada November 2019 melalui sistem daring atau online. Sedangkan metode yang digunakan ialah purposive sampling dan analisis deskriptif dengan margin of error di bawah 3 persen.
Rumaya mengatakan, perilaku ini berbeda dengan pengguna skuter listrik di negara lainnya, seperti Jerman. Tepatnya di Kota Berlin, Rumaya menjelaskan bahwa skuter lazimnya dipakai untuk mobilisasi jarak pendek.
Dengan temuan ini, ia menyebut keberadaan skuter listrik di Jakarta tak perlu dilarang, tapi diatur titik-titik penggunaannya. Selain itu, ia menyarankan keberadaan skuter listrik didistribusikan di kawasan tertentu, yaitu di titik-titik hiburan.