TEMPO.CO, BANDUNG — Pertamina akan memulai membangun pabrik petrokimia pada tahun depan di Balongan, Indramayu. Pabrik ini akan diintegrasikan dengan kilang yang sudah ada. “Ini akan jadi 'integrated refinery and petrochemical plant' terbesar, dan letaknya di Jawa Barat,” kata Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati, selepas bertemu dengan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil di Gedung Negara Pakuan, Bandung, Rabu, 27 November 2019.
Nicke mengatakan, pabrik petrokimia tersebut akan memanfaatkan lokasi kilang Pertamina yang sudah ada di Balongan, Indramayu. Pabrik petrokimia ini akan memanfaatkan produksi kilang pertamina. “Suplainya dari multi-source yang ada dari kilang domestik. Karena kilang domestiknya Pertamina ini dicampur. Setiap kilang ini ada campuran, dari yang heavy-crude dengan light-crude, tidak bisa spesifik dari satu blok karena standar dari masing-masing crude dari blok (migas) itu berbeda-beda jadi kita harus campur,” kata dia.
Pabrik petrokimia itu disebutnya akan memiliki kapasitas pengolahan hingga 350 ribu barel per hari minyak mentah. “Dan untuk petrochemical, bisa mengolah sekitar 2,5 juta Nafta (bahan baku petrokimia),” kata Nicke. Pertamina menargetkan pabrik petrokimia itu akan beroperasi pada 2026. Nicke tidak merinci investasi yang digelontorkan untuk membangun pabrik petrokimia tersebut di Balongan.
Dia juga meminta dukungan Ridwan Kamil untuk pengusulan areal pabrik petrokimia tersebut mendapat status Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). “Kami sangat berharap ini kemudian juga statusnya bisa menjadi KEK, karena akan mendapat beberapa kemudian. Jadi kami berharap dukungan dari Pak Gubernur,” kata Nicke.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan, Pertamina mendapatkan investasi dari perusahaan Taiwan untuk membangun pabrik petrokimia di Balongan. “Pertamina ini Alhamdulillah dengan profesionalismenya berhasil mendapatkan investasi dari perusahaan Taiwan, dan Insya Allah dengan perusahaan Abu Dhabi untuk investasi di Indramayu,” kata dia, Rabu, 27 November 2019. “Total yang sudah konkret sekitar, Alhamdulillah terbesar mungkin buat Jawa Barat, sekitar 8 miliar Dollar AS, atau mendekati Rp 100 triliun.”
Ridwan Kamil mengatakan, proses konstruksi akan memakan waktu paling lama 5 tahun. “Proyeknya sifatnya adalah ada kilang minyak, kemudian ada turunannya petrochemical, yang ujung-ujungnya jadi benda industri plastik dan lain sebagainya,” kata dia.