Dengan empat jalur yang ada sekarang, Amir mengatakan skema keandalan minimum pada saat itu belum bisa dijalankan. Saat ini, kata dia, PLN sedang membangun dua saluran transmisi dari Ungaran menuju Batang-Pemalang-Mandirancan- Indramayu-Bekasi. Dari Tanjung Jati ke Ungaran akan beroperasi Desember 2019.
“Ungaran-Pemalang akan beroperasi September 2020, sampai di Bekasi diharapkan selesai 2021. Investasinya Rp 2 triliun. Jadi, kalau ada apa-apa, sudah ada jalur sendiri,” ujar Amir kepada Majalah Tempo, beberapa waktu lalu.
Direktur Pengadaan Strategis 2 PLN Djoko Rahardjo Abumanan menuturkan hambatan dalam memggenjot rasio elektrifikasi sering terjadi di daerah terluar, tertinggal dan terdepan (3T). Hal ini, kata Djoko, terjadi lantaran remote area pendekatannya bukan pada transmisi, melainkan pembangkitnya. Sehingga, PLN tengah mengejar pembangunan pembangkit listrik energi baru dan terbarukan (EBT) dan program tabungan listrik (talis).
“Dalam Keputusan Menteri ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral) pembangkit yang kurang dari 10 megawatt bisa langsung diproses oleh unit wilayah," kata Djoko.
Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa menuturkan saat ini permintaan listrik paling tinggi memang terjadi di daerah Jawa Barat, Tanggerang, dan DKI Jakarta. Sementara itu, kata dia, pembangkit banyak tersedia di Jawa Timur walaupun sedang dibangun pembangkit di wilayah Barat dan Tengah lewat program 35 ribu megawatt. Sejauh ini,Fabby melihat PLN telah melakukan penguatan jaringan transmisi 500 kV dan 150KV serta gardu-gardu di Jawa untuk mengurangi risiko kegagalan pasokan listrik di Jawa dan Bali.
“Saya kira risiko blackout bisa ditekan walaupun risiko itu selalu ada. Penting sekali agar PLN memperbaiki sistem, seperi pengelolaan transmisi, perawatan, kesiapan pembangkit tersebut, berdasarkan pengalaman sebelumnya,” tutur Fabby.
Dalam waktu dekat, Kementerian Badan Usaha Miliki Negara (BUMN) dikabarkan bakal merombak jajaran direksi PLN. Staf Khusus Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Arya Sinulingga menuturkan direksi baru nanti harus mampu mencapai keterjangkauan EBT dari target pemerintah 23 persen hingga 2025. “Yang pasti masalah energi terbarukan, yang mana harus didahulukan. Karena ini EBT menjadi sesuatu yg penting," ujar Arya.
Selain itu, Arya menuturkan, direksi PLN nantinya juga harus bisa menekan potensi byarpet atau pemadaman listrik. Ia menjelaskan, di beberapa daerah masih sering terjadi sering terjadi gangguan distribusi listrik kepada pelanggan. "Bagaimana supaya yang byarpet-biarpet semakin kecil," kata dia.
LARISSA | YANDHRIE | EKO WAHYUDI