TEMPO.CO, Jakarta- Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memberi peringatan adanya potensi resesi global yang bakal merembet ke ekonomi Indonesia pada 2020. Hal ini dikuatkan oleh pemangkasan target pertumbuhan ekonomi yang dilakukan negara maju maupun berkembang.
Direktur Riset Indef Berly Martawardaya mengatakan, ekonomi Indonesia tidak kebal dari efek krisis ekonomi global. Laju pertumbuhan ekonomi pada dua triwulan terakhir yang melambat, mengindikasikan bahwa risiko resesi dapat menjalar ke domestik.
Analisis Indef, hal itu terjadi karena adanya penurunan ekspor serta jalur transmisi untuk investasi yang tidak kunjung naik. "Biasanya setahun setelah pemilu ada kenaikan investasi. Dengan masalah perang dagang dan geopolitik akan sulit kita alami di tahun depan," kata Berly di Hotel JS Luwansa, Jakarta Selatan, Selasa 26 November 2019.
Dengan kondisi itu, Indef memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 4,8 persen. Angka ini turun dari target pertumbuhan ekonomi yang dipatok oleh pemerintah dalam APBN 2020 sebesar 5,3 persen.
Mengatasi kondisi tersebut, Berly memberi saran kepada pemerintah agar memperhatikan empat mesin ekonomi terbesar. Empat mesin ini seperti investor dan ekspor yang sedang melambat serta konsumsi dan APBN/APBD yang masih cenderung stabil sehingga perlu dijaga. "APBN dan APBD harus dijaga, berupa stimulus khususnya ke konsumsi karena itu yang menjadi penopang kita saat ini," ujarnya.
Konsumsi saat ini memang masih menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi dengan kontribusi sebesar 55 hingga 57 persen. Angka ini perlu terus diperhatikan agar pada masa resesi, masyarakat tidak melemah daya konsumsinya.
MONICHA YUNIARTI SUKU