TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia dan Chile tetap berkomitmen untuk meningkatkan nilai perdagangan kedua negara, meski terpisah jarak hingga sekitar 16 ribu kilometer. Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga mengakui jarak yang jauh bisa membuat biaya logistik untuk pengiriman barang menjadi bertambah.
Namun, masalah biaya logistik itu bisa sedikit teratasi karena kedua negara telah menyepakati kerja sama perdagangan. “Jadi, penurunan biaya bisa kami dapatkan dengan perjanjian ini,” kata dia dalam acara Business Opportunities of Indonesia-Chile Comprehensive Economic Partnership Agreement di Hotel Raffles, Jakarta Selatan, Selasa, 26 November 2019.
Ditemui di acara yang sama dengan Jerry, Rodrigo Yar'iez Benitez juga menyampaikan komitmen negaranya untuk meningkatkan nilai perdagangan dengan Indonesia setelah adanya IC-CEPA. Ia menilai jarak yang jauh bukanlah sebuah halangan. “China juga jauh dari Indonesia, tapi menjadi mitra dagang utama,” kata dia.
Selain meningkatkan nilai perdagangan, Rodrigo menyebut investor Indonesia juga bisa datang ke negaranya untuk berinvestasi. Sejumlah proyek yang menarik yaitu pembangunan jalan tol, sanitasi, proyek energi terbarukan, dan infrastruktur lainnya. “Ini peluang yang baik baik untuk mendirikan industri di Chile,” ujarnya.
Menteri Perdagangan RI periode sebelumnya, Enggartiasto Lukita, dan Wakil Menteri Luar Negeri Bidang Perdagangan Chile, Rodrigo Yar'iez Benitez telah menyepakati kerja sama perdagangan, Indonesia-Chile Comprehensive Economic Partnership Agreement (IC-CEPA).
"IC-CEPA merupakan momentum yang sangat bersejarah. Selain akan menjadi perjanjian dagang pertama dengan negara Amerika Selatan, IC-CEPA juga akan membuka pintu bagi produk ekspor Indonesia di wilayah Amerika Selatan dengan lebih mudah," kata Enggartiasto, di kantornya, Jakarta Pusat, Selasa, 11 Juni 2019.
Perjanjian ini dilakukan saat nilai perdagangan kedua negara terus menurun. Dari semula US$ 419 juta pada 2014, menjadi US$ 274 juta pada 2018. Tapi, Indonesia bisa membalikkan neraca perdagangan. Dari defisit US$ 63 juta pada 2014, menjadi surplus US$ 43 juta pada 2018.