TEMPO.CO, Jakarta - PT Pertamina (Persero) resmi memiliki empat pejabat baru. Mereka adalah Direktur Keuangan Emma Sri Martini, Komisaris Utama Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, Wakil Komisaris Utama Budi Gunadi Sadikin, dan Anggota Komisaris yaitu Komisaris Jenderal Polisi Condro Kirono.
Juru bicara PT Pertamina Fajriyah Usman mengatakan kementerian meminta Ahok cs untuk membuat kinerja perusahaan menjadi lebih baik. “Agar membawa Pertamina tetap menjadi global player,” kata dia usai Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Pertamina di Kementerian BUMN, Jakarta Pusat, Senin, 25 November 2019.
Ahok dan pejabat lainnya masuk ke Pertamina saat kondisi keuangan perusahaan mulai membaik. Hingga 2018, Pertamina berhasil untung dan mengantongi laba bersih sebesar US$ 2,53 miliar. Angka ini naik tipis dibandingkan tahun sebelumnya, 2017, yang hanya mencatatkan US$ 2,4 miliar. Sedangkan tahun 2016, laba bersih Pertamina telah menyentuh angka US$ 3,15 miliar.
Kenaikan laba bersih di tahun 2018 ini sejalan dengan peningkatan penjualan dan pendapatan perusahaan. Di tahun tersebut, Pertamina mencatat pendapatan US$ 57,93 miliar. Angka ini naik dibandingkan tahun 2017 yang sebesar US$ 47 miliar. Angka ini naik dibandingkan tahun 2016 yang sebesar US$ 36,48 miliar.
Meski mengalami kenaikan laba dan pendapatan, dividen yang disetor Pertamina ternyata berkurang. Tahun 2018, Pertamina menyetor deviden Rp 7,95 triliun. Angka ini turun dari tahun 2017 yang sebesar Rp 8,57 triliun.
Sementara itu, Analis PT Koneksi Kapital Indonesia Alfred Nainggolan menilai kinerja keuangan Pertamina memang menunjukkan tren perbaikan dalam lima tahun terakhir. Tren ini diperkirakan mampu berlanjut di tahun ini
Ia menyatakan perbaikan nampak dari laba bersih yang dikantongi perseroan selama lima tahun terakhir. Laba bersih tertinggi terjadi pada 2016 yang mencapai US$ 3,15 miliar. Angkanya melonjak dari US$ 1,41 miliar di tahun sebelumnya.
Nilai laba bersih Pertamina sempat turun pada 2017 menjadi sebesar US$ 2,4 miliar. "Pada 2017 ada kebijakan penyaluran BBM satu harga yang sedikit menekan karena biaya meningkat tapi harga jual tetap," katanya kepada Tempo, Kamis 14 November 2019. Namun penurunan berhasil ditahan di tahun berikutnya.