TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir sudah memastikan Pahala Mansury sebagai Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. atau BTN. Pahala akan menggantikan Oni Febriarto yang sekarang menjabat sebagai Pelaksana Tugas (Plt) bos bank pelat merah itu.
Meski Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) belum dilaksanakan, Erick Thohir telah menyampaikan hal tersebut urai rapat terbatas di Istana Negara, Jakarta, Jumat lalu.
Meski sebelumnya telah berpengalaman menjabat di Bank Mandiri, tugas Pahala tidak mudah di BTN tidaklah mudah. Sebab, Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) III ini punya segudang pekerjaan rumah yang tak mudah diselesaikan dalam waktu dekat.
Bank pelat merah itu mengalami penurunan laba yang makin parah pada kuartal III/2019. Perseroan mengklaim hal tersebut diakibatkan oleh pemupukan rasio Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) untuk mempersiapkan diri menghadapi aturan pernyataan standar akuntansi keuangan 71.
Berdasarkan siaran pers BTN pada pertengahan November 2019 disebutkan perseroan mencatatkan perolehan laba senilai Rp 801 miliar pada kuartal ketiga tahun ini. Pencapaian ini turun 42,6 persen dari periode yang sama tahun lalu, yang tercatat senilai Rp 1,39 triliun.
Komponen penekan utama adalah CKPN yang naik 21,34 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari Rp 1,79 triliun menjadi Rp 2,18 triliun pada September 2019. Secara rasio, CKPN perseroan naik ke level 52,67 persen pada September 2019 dari 38,58 persen pada periode yang sama tahun lalu.
Pengamat Badan Usaha Milik Negara Toto Pranoto menyebutkan kondisi bisnis BTN sepanjang akhir 2019 terus menunjukkan perlambatan, baik dari sisi fungsi intermediasi maupun perolehan laba.
Toto menyebutkan BTN juga masih sangat bergantung pada bisnis utama yakni Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) dan kurang optimal dalam menggarap properti non subsidi. "Jadi, kalau Non Performing Loan (NPL) meningkat dan nilai pencadangan naik, itu konsekuensi logis saja," ucapnya, Sabtu, 23 November 2019.