TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk alias BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan perkembangan teknologi membuat ransaksi digital perseroan naik pesat. Akibatnya, transaksi offline seperti melalui ATM dan kantor cabang BCA justru menyusut drastis.
"Dulu transaksi di cabang mencapai 17 persen, sekarang 1,8 persen, jadi tinggal 10 persen dari sebelumnya," ujar Jahja di Senayan City, Jakarta, Sabtu, 23 November 2019. Jumlah transaksi melalui ATM juga merosot dari 71 persen menjadi 17 persen.
Di sisi lain, transaksi perbankan digital mulai digandrungi. Menurut Jahja, besar transaksi melalui platform online, seperti melalui m-banking dan internet banking kini mencapai 75 persen. "Memang perubahan yang drastis."
Meski demikian, Jahja berujar jumlah kantor cabang tidak bakal ditutup. "Malah akan bertambah 20 kantor," ujar dia. Ia mengatakan ketersediaan kantor cabang dibutuhkan lantaran masih adanya kebutuhan uang tunai yang berlum tergantikan dengan sistem digital.
"Orang tetap butuh uang tunai, yang menyetor dan tarik tunai masih besar kebutuhannya," tutur Jahja. Di samping, ia mengatakan bank relationship juga masih tetap dibutuhkan. Di samping tetap mempekerjakan para agen lakupandai. "Agen jalan terus, jumlahnya ratusan."
Untuk tahun depan, Jahja berujar, BCA menyiapkan modal belanja sekitar Rp 5 triliun, hampir sama dengan tahun ini. Kebutuhan modal itu akan dipergunakan pengadaan kantor cabang tambahan, termasuk ATM baru untuk setoran dan tarik tunai. "Kami kan baru mendapat rekor MURI 6.888 mesin, paling banyak ATM tarik dan setor."