TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo melepas ekspor raya hasil perikanan dari Pelabuhan Teluk Lamong, Jawa Timur. Volume komoditi perikanan yang diekspor dalam acara tersebut mencapai 20.151 ton dengan nilai US$ 137,6 juta atau setara Rp 1,79 triliun.
"Tidak ada keberhasilan hari ini yang besar tanpa kerja sama semua pihak, terutama yang paling penting para pelaku usaha sektor perikanan baik budidaya maupun perikanan tangkap," ujar Edhy dalam keterangan tertulis, Sabtu, 23 November 2019.
Hasil perikanan tersebut berasal dari 238 Unit Pengolahan Ikan sejumlah 1.004 unit kontainer. Ekspor raya kali akan dikirim ke 43 negara dengan jenis komoditi rumput laut, tuna, tongkol, cakalang, rajungan, cumi, ikan terbang, surimi, kerang, kepiting, bawal, sidat, bekicot, paha kodok, kakap, kerapu, nila dan udang.
Baca Juga:
Dengan hasil ekspor tersebut, Edhy mengatakan para pelaku usaha merupakan ujung tombak perekonomian negara sehingga pemerintah memiliki kewajiban untuk melayani kebutuhan usaha mereka dengan baik. Salah satunya melalui penyederhanaan dan percepatan proses berbagai perizinan usaha. “Tugas saya bagaimana melakukan upaya agar hal-hal yang buntu tidak terjadi, untuk melepaskan bottlenecking yang terjadi di mana-mana."
Edhy menilai geliat industrialisasi sektor perikanan ini perlu didorong mengingat sektor perikanan berkontribusi besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional. Tercatat, kontribusi PDB Perikanan terhadap PDB Nasional menunjukkan peningkatan dari 2,32 persen pada tahun 2014 menjadi 2,60 persen pada tahun 2018.
Nilai PDB Perikanan triwulan-III 2019 naik menjadi Rp 62,24 triliun dari Rp 58,58 triliun pada periode yang sama di 2018. (BPS, 2019). Hal ini menunjukkan adanya peningkatan pendapatan pelaku usaha sektor perikanan.
Peningkatan PDB sektor perikanan ini, tutur Edhy, merupakan dampak peningkatan produksi perikanan Indonesia. Pada 2015, produksi perikanan tangkap mencapai 6,67 juta ton senilai Rp 120,6 triliun meningkat menjadi 7,25 juta ton dengan nilai Rp 210,7 triliun pada 2018. Sementara itu produksi perikanan budidaya sebesar 15,63 juta ton pada 2015 meningkat menjadi 17,25 juta ton di 2018 yang terdiri dari 6,88 juta ton ikan budidaya dan 10,37 juta ton rumput laut.
Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Rina mengungkapkan, dalam rangka meningkatkan ekspor perikanan ini, salah satu tugas lembaganya adalah bertanggung jawab terhadap penjaminan kesehatan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan. Hal ini dilakukan melalui pengendalian penerapan Cara Karantina Ikan yang baik (CKIB) di unit usaha pembudidaya ikan, penerapan sistem Hazard Analysis and Critical Control Points (HACCP) di unit pengolahan ikan (UPI), dan penerbitan Health Certificate (HC) sebagai jaminan bahwa produk yang diekspor sehat dan aman untuk dikonsumsi manusia.
Dengan penjaminan ini, hasil perikanan Indonesia telah diterima 158 negara di dunia dan mampu bersaing di pasar internasional. Pasar utama produk perikanan Indonesia yaitu Amerika Serikat, serta berturut-turut diikuti oleh Tiongkok, Jepang, Malaysia, Taiwan, Thailand, Singapura, Vietnam, Italia, dan Hong Kong. Adapun komoditas utama ekspor hasil perikanan Indonesia antara lain udang, tuna dan jenis pelagis lainnya, cumi-cumi/gurita, rajungan, ikan demersal, tilapia, serta rumput laut.
CAESAR AKBAR