TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara atau Erick Thohir hari ini mengumumkan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok sebagai Komisaris Utama PT Pertamina (Persero). Ahok yang bakal menggantikan Tanri Abeng itu akan didampingi oleh Wakil Menteri BUMN Budi Gunadi Sadikin yang menjabat sebagai Wakil Komisaris Utama.
Sebagai Komisaris Utama Pertamina yang pada 2018 mengelola aset hingga US$ 64,72 miliar, Ahok akan menerima gaji dan sejumlah tunjangan lainnya. Dikutip dari laporan tahunan Pertamina 2018, honorarium yang diterima oleh komisaris utama besarannya adalah 45 persen dari gaji direktur utama Pertamina.
Selain itu, komisaris di Pertamina menerima fasilitas di antaranya tunjangan hari raya, tunjangan transportasi, dan asuransi purna jabatan. Komisaris juga menerima fasilitas kesehatan dan fasilitas bantuan hukum.
Lantas berapa kira-kira gaji dan tunjangan yang bakal diterima Ahok?
Dikutip dari laporan tahunan Pertamina 2018, kompensasi manajemen kunci dan dewan komisaris yang dibayarkan oleh perseroan senilai US$ 47,27 juta hingga 31 Desember 2018. Jika dikonversi dengan asumsi kurs Rp 14.000 per dolar AS, nilai itu sekitar Rp 661,82 miliar.
Hingga akhir tahun lalu, jumlah direksi dan komisaris Pertamina jumlahnya sebanyak 19 orang yang terdiri dari 11 direksi dan 8 komisaris. Jika nilai kompensasi itu dibagi rata, setiap direksi dan komisaris Pertamina menerima sedikitnya Rp 34,83 miliar per tahun. Adapun tugas dari jajaran komisaris di antaranya adalah menetapkan dan menelaah atas usulan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP).
Sebelumnya Erick Thohir menyebutkan Ahok sebagai sosok pendobrak sangat dibutuhkan oleh Pertamina. Khususnya sebagai komisaris utama perusahaan pelat merah itu, Ahok diharapkan dalam mengurangi impor migas.
Erick menjelaskan Ahok diperlukan dalam rangka memenuhi target pembangunan kilang-kilang minyak guna meningkatkan produksi dalam negeri. Target ini, kata dia, amat berat sehingga tidak bisa dibebankan seluruhnya pada direktur utama melainkan butuh sokongan dari jajaran komisaris.
"Karena itulah kenapa kemarin kami juga ingin orang yang pendobrak. Pendobrak bukan marah-marah, saya rasa Pak Basuki berbeda, Pak Ahok berbeda, kami perlu figur pendobrak supaya ini sesuai dengan target," katanya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat, 22 November 2019.
BISNIS