TEMPO.CO, Jakarta - Bekas Direktur Utama Bank Negara Indonesia alias BNI, Sigit Pramono, menceritakan kisahnya yang terperangkap sekitar 2 jam di pesawat Garuda Indonesia rute Banyuwangi - Cengkareng, Jumat, 22 November 2019.
Hingga dihubungi Tempo pukul 13.32 WIB, Sigit belum bisa turun dari pesawat lantaran belum mendapat izin dari pilot. "Kami masih terperangkap di dalam pesawat yang parkir di Bandara Halim Perdanakusuma. Tidak boleh turun ke terminal," ujar Sigit melalui pesan singkat kepada Tempo, Jumat, 22 November 2019.
Kejadian itu bermula kala Sigit terbang dari Banyuwangi, Jawa Timur, menuju Bandara Soekarno - Hatta, Tangerang. Persoalan terjadi saat pesawat yang ditumpangi Sigit urung mendarat lantara cuaca yang buruk di sana.
"Cuaca di Bandara Soekarno - Hatta buruk, setelah mencoba mendarat dua kali gagal lalu pindah ke Bandara Halim Perdanakusuma," kata Sigit.
Setelah mendarat di Halim Perdanakusuma pukul 11.45 WIB, ternyata para penumpang tidak diperkenankan turun. "Ini situasinya aneh. Penumpang nggak boleh turun."
Menurut Sigit, para penumpang tidak diperkenankan turun lantaran pesawat akan diterbangkan lagi ke tujuan awal, yaitu Soekarno - Hatta. Namun para penumpang protes tidak mau terbang lagi karena ketakutan. "Penumpang tidak bersedia terbang lagi karena trauma."
Atas persoalan itu, Tempo sudah menghubungi Direktur Niaga Garuda Indonesia Pikri Ilham, juru bicara Garuda Ikhsan Rosan, GM Bandara Soekarno Hatta Agus Haryadi, Humas Angkasa Pura II Dion, namun belum mendapat respons.
Sumber Tempo di Kementerian Perhubungan mengatakan penumpang tak bisa diturunkan di Halim Perdanakusuma lantaran bandara tersebut hanya bandara alternatif. Civil Aviation Safety Regulation atau CSAR mengharuskan mereka terbang ke bandara tujuan, Soekarno - Hatta.
CAESAR AKBAR | FRANCISCA CHRISTY