TEMPO.CO, Jakarta - PT Adhi Commuter Properti menargetkan penjualan 250 unit rumah dengan total nilai transaksi Rp 240 miliar selama ajang pameran perumahan yaitu Indonesia Properti Expo 2019 atau IPEX 2019 yang diselenggarakan pada 16 - 24 November 2019 di Jakarta.
“Dari target tersebut, hingga hari ketiga pameran diselenggarakan sudah closing sekitar 50 unit. Mungkin saat ini angkanya sudah lebih dari itu,” ujar Direktur Pengembangan dan Pemasaran PT Adhi Commuter Properti ACP Indra Syahruzza, Kamis, 21 November 2019.
Indra menjelaskan, selama IPEX 2019, konsumen menunjukkan minat yang cukup tinggi terhadap produk hunian dengan kisaran harga di bawah Rp 500 juta. Proyek-proyek properti ACP cukup diminati pengunjung selama pameran karena menawarkan kemudahan akses transportasi dan mengadopsi konsep transit oriented development (TOD).
Pada IPEX 2019, Indra menyebutkan bahwa proyek-proyek yang dipamerkan antara lain adalah LRT City Bekasi Timur-Eastern Green, LRT City-Gateway Park Jaticempaka, LRT City-Royal Sentul Park, LRT City Jakarta-Urban Signature.
Tak hanya itu, proyek LRT City Bekasi Timur-Green Avenue, Oase Park Apartment, Cisauk Point, MTH 27 Office Suites, The Premiere MTH, dan Hotel GranDhika Iskandryah Jakarta juga ikut dipamerkan.
“Proyek yang paling diminati ialah Cisauk Point yang berlokasi di Serpong karena memiliki keistimewaan yang terintegrasi dengan stasiun KRL Commuter Line serta antarmoda lainnya,” kata Indra.
Data pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga tahun ini yang dirilis Badan Pusat Statistik atau BPS hanya 5,02 persen secara tahunan bisa jadi sinyal positif bagi para pemburu properti. Capaian masih lebih rendah dibandingkan dengan kuartal kedua tahun ini sebesar 5,05 persen.
Associate Director Investment Service Colliers International Indonesia Aldi Garibaldi, sebelumnya memperkirakan dengan pertumbuhan ekonomi yang melambat artinya harga properti tidak akan naik gila-gilaan. “Ini menguntungkan buat pembeli karena kebanyakan pembeli, apalagi yang baru bekerja kan cari harga rumah yang lebih murah,” katanya, Selasa, 5 November 2019.
Sebaliknya, menurut Aldi, pembangunan infrastruktur bakal terpukul dengan perlambatan ekonomi tersebut. Pasalnya, selama ini dibangun menggunakan mata uang dolar Amerika Serikat.
Dengan melemahnya perekonomian, hal itu akan berdampak pada pelemahan mata uang rupiah sehingga akan meningkatkan biaya konstruksi. “Kalau pengembang sih, pasti tetap bisa jalan terus, kan orang yang butuh punya rumah juga ada terus,” kata Aldi.
BISNIS