"Kami harapkan dengan unggahan di berbagai media sosial milik para wisatawan selama berlibur di Bali, dapat mempertahankan dan meningkatkan citra positif pariwisata Bali," ujar Cok Ace.
Sebelumnya, pengurus asosiasi profesi pimpinan hotel "Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA) Bali Chapter" juga mengajak para pemangku kepentingan untuk tetap bersatu menjadi destinasi wisata demi mempertahankan "branding" Bali lebih mendunia. Apalagi di tengah adanya pemberitaan yang menyudutkan Bali.
Ketua DPD IHGMA Bali I Nyoman Astama menilai informasi yang disampaikan media wisata Amerika Serikat, Fodor's Travel yang berisi pernyataan tendensius yang hanya membuat satu kesimpulan dari suatu kejadian yang dialami, tidak bisa dilepaskan dari persaingan destinasi, atau bisa juga disebut sebagai "pesanan" untuk mendiskreditkan Bali. "Kita menyadari tantangan yang dihadapi Bali sebagai destinasi pariwisata populer di dunia. Namun, harus diapresiasi upaya-upaya Pemerintah Bali dan komponen masyarakat Bali dalam mencari solusi untuk mengatasi tantangan yang ada," ujar Astama.
Wakil Ketua Umum DPP IHGMA yang juga Wakil Ketua I IHGMA Bali I Made Ramia Adnyana menambahkan, sejatinya, kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali yang meningkat dari tahun ke tahun, bisa menjadi indikator bahwa destinasi ini masih diminati.
"Mana pemberitaan tentang turis yang datang menjadi 'repeater guest' ke Bali? Juga meningkatnya kembali wisatawan Australia beberapa bulan ini yang sempat rendah beberapa waktu yang lalu?," ujarnya mempertanyakan.
Ramia menilai, pemberitaan media AS tersebut, soal salah satu destinasi yang tidak disarankan untuk dikunjungi pada 2020 terkesan kurang "fair" dan berimbang. Saat inipun Bali masih menjadi "Top Holidays Destination of The World".