TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro mengatakan kegiatan Research & Development (R&D) oleh swasta di Indonesia masih sangat rendah. Bahkan, riset swasta di Indonesia punmasih kalah dari beberapa negara lain, seperti Vietnam.
“We are one of the lowest,” kata Bambang dalam acara Indonesia Economic Forum di Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu, 20 November 2019.
Di Indonesia pun, kata Bambang, riset selama ini masih didominasi oleh negara. Namun, jumlahnya pun masih kalah. Bambang bahkan menyebut, ada satu perusahaan di Amerika Serikat yang mengeluarkan dana riset lebih besar dari total dana riset yang dianggarkan pemerintah Indonesia. “Satu perusahaan mengalahkan satu negara,” kata dia.
Untuk itu, Bambang melanjutkan, sebagai Menristek, ia akan berjuang menggenjot kapasitas riset di Indonesia. Untuk 2020-2024, kementerian telah menyusun dua target utama. Pertama, menciptakan ekosistem yang akan mendukung komersialisasi hasil riset dan kedua, meningkatkan anggaran R&D.
Rencana kerja juga dilakukan di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang dipimpin oleh Bambang. Salah satu target badan ini untuk pengembangan R&D adalah harmonisasi kebijakan sektoral. “Ini barang mahal di Indonesia,” kata Bambang.
Selain itu, kata Bambang, kegiatan R&D di Indonesia juga diharapkan bisa meningkat karena telah ada Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2019 soal Super-Deduction Tax. Dalam aturan ini, perusahaan akan dapat potongan pajak 300 persen untuk kegiatan riset dan inovasi.