TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Andry Satrio Nugroho menilai pemerintah perlu mendorong investasi menuju lima subsektor manufaktur dengan kontribusi terbesar agar bisa mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Kelima subsektor manufaktur itu adalah industri makanan minuman, TPT, elektronika, farmasi, dan otomotif dalam rangka mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi di tengah volatilitas global.
Kelima sektor tersebut, kata Andry, berkontribusi sebesar 70 persen atas keseluruhan PDB dari sektor manufaktur. Sehingga apabila investasi diarahkan ke lima sektor tersebut, maka target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3 persen dapat dicapai.
Hal ini terutama kepada sektor makanan minuman dan TPT karena kedua sektor tersebut cenderung padat karya sehingga dapat membuka lapangan kerja untuk SDM dengan pendidikan rendah.
"Dapat dilihat bahwa investor akhir-akhir cenderung mengarah ke hilir karena memang itu tahapan terakhir untuk ke konsumen dan di sini konsumen besar sekali terutama di Jawa," ujar Andry, Selasa, 19 November 2019.
Data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) sebelumnya menunjukkan bahwa selama ini investasi cenderung terkonsentrasi di Pulau Jawa dan semakin dominan mengarah ke sektor jasa sedangkan investasi ke sektor manufaktur cenderung menurun.
Namun begitu, Andry juga menekankan kepada pemerintah untuk segera menyelesaikan masalah industri di sektor hulu karena selama ini sektor hulu masih belum optimal menyuplai industri pada sektor antara dan sektor hilir.
Hal ini dapat mengakibatkan neraca dagang Indonesia terus tertekan akibat impor bahan baku padahal Indonesia memiliki bahan baku yang berlimpah dan bisa dimanfaatkan oleh industri sektor antara dan hilir.
"Pemerintah perlu memberikan tawaran lain untuk investasi di sektor hulu. Langkah ini diperlukan agar SDA di pertanian dan perkebunan ini bisa terolah dan tidak diekspor mentah tanpa proses terlebih dahulu," ujar Andry.
BISNIS