TEMPO.CO, Palembang - Bukan sekali ini saja Thailand memulangkan kelapa bulat asal Sumatera Selatan. Sebab, pada tahun lalu kejadian serupa pernah dialami oleh eksportir kelapa daerah tersebut dengan alasan berbeda.
Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Dinas Perkebunan Sumatera Selatan, Rudi Arpian, menyatakan dalam peristiwa yang terjadi pada tahun 2018 itu, ada 2 kontainer kelapa bulat yang dipulangkan. Angka ini jauh lebih sedikit ketimbang yang terjadi baru-baru ini yakni 25 kontainer.
Kejadian tersebut cepat diantisipasi oleh pihak Karantina Pertanian Palembang dengan memperbaiki sistem fumigasinya sehingga pengusaha tidak terlalu merugi. “Tahun sebelumnya juga pernah ada kejadian akibat adanya tunggau,” kata Rudi, Rabu, 20 November 2019.
Menurut Rudi, kelapa merupakan salah satu produksi pertanian dan perkebunan andalan dari Sumsel. Dalam catatannya, Sumatera Selatan memiliki luas kebun 66.236 hektare dengan perincian 5.780 hektare tanaman belum menghasilkan dan 51.208 hektare merupakan tanaman sudah panen.
Dari jumlah tersebut terdata setiap tahunnya Sumatera Selatan berhasil memproduksi 57.732 ton kelapa. Selain dijual dalam bentuk utuh, kelapa juga dijadikan kopra, santan dan juga arang tempurung. “Sumsel juga mulai ekspor hilirisasinya berupa santan kelapa ke Cina dan Hong Kong.”
Kemarin diketahui, konsumen asal Thailand memulangkan 25 kontainer kelapa dengan alasan kelapa sudah ditumbuhi tunas ketika tiba di negara tujuan. Akibat peristiwa itu, pengusaha dalam negeri mengalami kerugian dan negara kehilangan potensi devisa.
Sebelumnya Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru meninjau proses produksi dari Kelapa Bulat menjadi Santan siap eskpor di Pabrik PT Kelapa Puncak Nusantara di Jalan Raya Pipa Putih, Kecamatan Pemulutan Kabupaten Ogan Ilir, Agustus lalu.
Saat itu Herman juga melepas langsung 79,2 ton santan ke Cina dan 12,6 ton ke Hongkong senilai Rp 1,07 miliar. Ia mengapresiasi ekspor PT Kelapa Puncak Nusantara yang akan membantu perekonomian petani kelapa di Sumatera Selatan.
Oleh karena itu, pemerintah daerah memberikan insentif kepada para pelaku usaha dalam bentuk memudahkan perizinan. Karena masih banyak komoditas lain yang memiliki nilai jual seperti halnya kelapa. “Selain kelapa, kopi, duku, durian juga memiliki peluang besar untuk memenuhi kebutuhan pasar ekspor,” kata Herman.