TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto mengatakan pertumbuhan ekonomi 5,02 persen pada kuartal III 2019 merupakan terendah dalam dua tahun terakhir.
"Kita memang harus ekstra hati-hati, karena sangat mudah kita tergelincir di bawah 5 persen," kata Suhariyanto di kantornya, Jakarta, 15 November 2019.
Dia menilai banyak hal yang perlu diperbaiki. Jika memperhatikan ekonomi global, kata dia, memacu ekspor akan menjadi hal yang berat. Karena itu, dia menyarankan agar pemerintah memanfaatkan potensi domestik.
Dia memberi masukan untuk memperkuat ekspor dengan memperbaiki perjanjian bilateral ke beberapa negara, menembus pasar non tradisional. Juga, menurutnya, perlu meningkatkan manufaktur. "Namun itu kan tidak bisa seketika," kata dia.
Suhariyanto menilai hal yang bisa meningkat pertumbuhan ekonomi dengan cepat yaitu menggerakkan industri dalam negeri. Setelah bergerak semakin baik, kata dia, diharapkan bisa menciptakan pendapatan.
"Di sisi lain harus menjaga supaya stabilisasi harga betul-betul terjaga. Karena kalau bergejolak akan berpengaruh ke daya beli," kata dia.
Sebelumnya, BPS mencatat pertumbuhan ekonomi kuartal III 2019 sebesar 5,02 persen secara tahunan. Pertumbuhan ekonomi secara kuartalan masih tumbuh 3,06 persen. Secara kumulatif masih tumbuh 5,04 persen.
“Ini masih tidak terlalu curam dibandingkan negara maju dan negara berkembang lain di tengah perang dagang,” ujar Suhariyanto.
Secara rinci, pertumbuhan ekonomi kuartal III 2019 (qtq) naik 3,06 persen di mana sektor lapangan usaha untuk pengadaan listrik dan gas tumbuh 4,94 persen, disusul sektor lapangan konstruksi 4,76 persen, dan jasa keuangan serta asuransi tumbuh 4,66 persen.
HENDARTYO HANGGI