TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Tim Percepatan Pengambangan Pariwisata Halal Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Anang Sutomo menargetkan pada lima tahun mendatang wisatawan mancanegara muslim yang masuk Indonesia mencapai angka 6 juta orang.
"6 juta itu target moderat, target optimistisnya 7,3 (wisman muslim)," kata dia di JCC, Jakarta, Jumat, 15 November 2019.
Dia mengatakan, sampai akhir Oktober 2019 jumlah wisatawan mancanegara muslim yang datang ke Indonesia mencapai 3 juta. Namun Anang menuturkan, sampai akhir tahun ini akan ada penambahan sedikit, karena dua bulan lagi akan habis akhir tahun.
Anang menjelaskan, akan terus mengembangkan wisata halal yang ramah dengan muslim domestik dan internasional. Sebab, pangsa pasarnya sangat besar yakni 1,8 miliar orang di dunia beragama Islam. Jadi menurutnya, Indonesia sebagai tujuan wisata halal harus memperlakukannya dengan saksama, tidak asal-asalan, seperti menyediakan restoran bersertifikasi halal, dan memberikan kenyamanan tempat ibadah.
"Semudah itu, tidak pernah akan ganggu kultur lokal," ucapnya.
Adapun Ketua Perkumpulan Pariwisata Halal Indonesia (PPHI) Riyanto Sofyan mengungkapkan, Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar dalam wisata halal ini. Sebab, orang-orang dalam negeri yang mayoritas muslim serta terkenal dengan keramahannya. Sehingga menurutnya situasi ini harus dimanfaatkan sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi dari sektor pariwisata halal.
Riyanto menjelaskan, bahwa sektor pariwisata halal Indonesia pangsa pasarnya masih sekitar 20 persen. Menurutnya, jumlahnya masih bisa ditingkatkan lebih besar lagi dengan fasilitas-fasilitas yang ramah seperti lebih banyak menyediakan hotel dan restoran bersertifikat halal. "Hal itu lah yang harus ditingkatkan terus,," ungkap dia.
Pariwisata, kata Riyanto, juga satu-satunya sektor ekonomi yang tidak terdampak dengan perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina. Jadi diharapkan industri wisata halal harus terus dikembangkan agar Indonesia tidak terus tergantung dengan perdagangan.
"Indonesia masih tergantung dengan trading, kalau wisata tidak tergantung dengan perang dagang, mau gimana aja orang mau tetap traveling," ungkap dia.
EKO WAHYUDI