TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan, sepanjang Januari hingga Oktober 2019 impor cangkul mencapai 292.444 kilogram.
Data BPS yang dirilis Jumat, 15 November 2019, menunjukkan impor cangkul paling banyak berasal dari Cina dan Jepang dengan nilai secara keseluruhan sebesar US$ 106.127. Jika dihitung dengan kurs Rp 14.000 per dolar AS, nilai itu setara dengan Rp 1,49 miliar.
Impor tersebut berasal dari Cina dengan total berat mencapai 292.437 kilogram. Jumlah itu setara dengan nilai US$ 106.062. Sedangkan impor cangkul dari Jepang dengan berat total 7 kilogram dengan nilai US$ 65.
Secara umum, BPS mencatat nilai impor Indonesia Oktober 2019 mencapai US$ 14,77 miliar atau naik 3,57 persen dibanding September 2019. Namun jika dibandingkan Oktober 2018 turun 16,39 persen. "Penurunan impor dilihat secara tahunan memang sangat tajam," kata Kepala BPS Suhariyanto di kantornya, Jumat, 15 November 2019.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyayangkan banyak barang yang diimpor dari luar negeri padahal industri dalam negeri bisa memproduksi.
Jokowi mencontohkan besarnya angka volume impor untuk pengadaan pacul dan cangkul. "Ini puluhan ribu, ratusan ribu cangkul yang dibutuhkan masih impor," katanya dalam acara Rakornas Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah 2019 di JCC, Senayan, Jakarta, Rabu, 6 November 2019.
Secara historis, impor cangkul dari Cina cenderung mengalami pergerakan fluktuatif. Namun, dari 2017 ke 2018, total nilai impor cangkul mengalami peningkatan drastis hingga 4.000 persen dari US$ 794 menjadi 33.889 dollar AS.
Nilai impor cangkul dari Cina ke Indonesia pada 2015 sebesar US$ 6.589 dan meningkat menjadi US$ 187.064 di 2016. Sedangkan pada 2017, turun jadi US$ 794.
HENDARTYO HANGGI