Namun, hal yang membedakan proyek-proyek lain dengan jembatan LRT Jabodebek, tutur Dina, adalah persoalan panjang dan melengkung. Apalagi, ia mengatakan tidak bisa meletakkan struktur pendukung apa pun lantaran di bawahnya sudah ada jalan raya.
"Makanya tingkat kesulitannya adalah menghitung bagaimana jembatan itu tetap tegak sebelum tersambung. Jadi dia harus seimbang kiri kanan, majunya sedikit demi sedikit. Maju lagi sampai nyambung," kata Dina. Perkuatan ekstra jembatan, tutur lulusan Master ITB bidang geoteknik itu, diberikan di titik-titik tertentu hingga jembatan tersambung dan stabil.
Secara umum, Dina merasa tidak ada yang khusus dalam mendesain jembatan. Banyak hal yang menjadi perhatian dalam menentukan bentuk dan konfigurasi struktur, antara lain kondisi lingkungan. Tak ayal, model jembatan kerap tidak lazim.
Pada desain jembatan lengkung LRT Jabodebek, anak didik ahli jembatan Indonesia Jodi Firmansyah ini menghadapi sejumlah kondisi lingkungan yang kurang ideal. Misalnya saja kaki kembatan yang berada pada ketinggian berbeda, satu kaki berada di underpass, satu kaki lagi berada di luar.
"Jadi kaki jembatannya beda tinggi, itu saja sudah kesulitan tersendiri karena ada persyaratan tidak dipenuhi untuk keseimbangan strukturnya," tutur Dina. Meski demikian, ia ogah membeda-bedakan perlakuan dalam mendesain jembatan. "Karena dari cara dan tingkat kesulitan sebenarnya jembatan mau panjang mau pendek tetap sama saja risikonya."
R