TEMPO.CO, Jakarta - Analis PT Monex Investindo Futures Faisyal Faisyal memperkirakan rupiah kembali terdepresiasi hari ini seiring dengan rilis neraca perdagangan yang diproyeksi defisit cukup dalam.
Fasyal mengatakan bahwa pelemahan rupiah didorong oleh faktor eksternal seiring dengan sentimen domestik yang cenderung sepi. "Pelemahan dipicu oleh ketidakpastian negosiasi dagang antara AS dan China yang kembali bergejolak," kata dia seperti dilansir Bisnis.com, Kamis 15 November 2019..
Rupiah ditutup terdepresiasi pada perdagangan Kamis kemarin 14 November 2019, seiring dengan pasar yang tengah menjauh dari aset berisiko, termasuk mata uang Garuda.
Berdasarkan data Bloomberg, pada penutupan perdagangan rupiah ditutup di level Rp14.088 per dolar AS, melemah 0,064 persen dan menjadi mata uang dengan kinerja terlemah ketiga di antara mata uang Asia.
Adapun, sepanjang tahun berjalan 2019 rupiah masih bergerak menguat 2,14 persen.
Padahal, dalam beberapa perdagangan terakhir optimisme pasar terhadap damai dagang AS dan China telah meningkat sehingga membantu aset berisiko seperti rupiah.
Selain itu, pasar juga saat ini menanti data PPI AS dan pidato terbaru dari Gubernur The Fed Jerome Powell.