TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memproyeksi pada akhir 2023, industri makanan halal bernilai US$ 1,8 triliun. Hal itu kata dia, berdasarkan laporan Global Islamic Economy Report 2019/2020 yang baru dirilis.
Menurut dia, hal itu terwujud karena potensi pasar industri halal global yang semakin meningkat. "Hal itu sejalan dengan populasi penduduk muslim sebanyak 1,84 miliar atau sekitar 24,4 persen dari populasi dunia," kata Perry dalam INHALIFE Conference dengan tema Creating Halal Champions Accessing to The Global Halal Markets: From Potency to Reality di Jakarta, Kamis, 14 November 2019.
Potensi, kata dia, pengembangan sektor usaha berbasis syariah serta halal telah menjadi pilihan gaya hidup baik bagi muslim maupun non-muslim.
"Ekonimi halal tidak hanya berpusat pada agama Islam saja, tapi juga kualitas produk yang lebih baik," kata dia.
Industri pariwisata halal, dalam survei itu akan bernilai US$ 274 miliar dan industri mode halal akan bernilai US$ 361 miliar.
"Potensi tersebut harus didukung dengan langkah antisipatif untuk menjawab beberapa tantangan antara lain, perkembangan digitalisasi, perlunya konvergensi internasional, tata kelola industri halal dan regulasi yang tepat di seluruh dunia," ujar dia.
Hal itu juga termasuk mekanisme pembiayaan syariah yang dapat dipertanggungjawabkan dan selalu berusaha menghasilkan barang dan jasa yang halal.
Sebagai salah satu implementasi pengembangan industri halal di bidang fashion, kata dia, siang ini akan dibahas mengenai potensi Fesyen etis dan berkelanjutan dalam mendukung Indonesia jadi pemain di industri halal global di dalam Sustainable & Ethical Fashion.
Kegiatan itu merupakan rangkaian kegiatan ISEF 2019 atas kerja sama BI, Indonesia Fashion Chamber (IFC), dan Indonesia Halal Lifestyle Center (IHLC).