TEMPO.CO, Palembang- Satuan Kerja Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas bumi (SKK Migas) tetap meyakini cadangan minyak dan gas bumi Indonesia masih berlimpah. Bahkan SKK Migas optimistis, Indonesia bisa memproduksi hingga 1 juta barel minyak per hari pada 2030.
Optimisme itu disampaikan oleh Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto di acara Facility Management Forum (FM Forum) 2019’yang bertemakan ‘FM Transformation in the Digital Era’ di Hotel Santika Premiere Bandara, Palembang, Sumatera Selatan, Rabu 13 November 2019."Kita ingin kembali bisa memproduksi minyak ke 1 juta barel per day," katanya.
Menurut Dwi, kondisi produksi minyak di Indonesia cukup memprihatinkan dan turun terus dari waktu ke waktu sejak tahun 2002. Dalam catatannya, temuan terbesar terakhir kali ditemukan sekitar 20 tahun silam. "Bendera setengah tiang ini," katanya.
Untuk menggenjot angka produksi tersebut salah satu cara yang dilakukan SKK Migas adalah dengan melakukan pencarian sumber migas secara massif. SKK Migas menugaskan PT. Elnusa Tbk. untuk memburu ladang migas super jumbo di seluruh wilayah Indonesia melalui metode pengukuran 2D Seismic.
Dwi Soetjipto mengatakan, anak usaha Pertamina itu memiliki masa tugas hingga 6 bulan ke depan. Tidak tanggung-tanggung, PT. Elnusa melakukan pengukuran mulai dari Bangka hingga Papua sepanjang 30 ribu kilometer. “Ini pengukuran 2D Seimic terpanjang dalam 10 tahun terakhir ini untuk Indonesia dan Asia Fasifik,” katanya.
Menurutnya dengan dilepasnya proyek ini, maka dalam waktu dekat Indonesia akan menemukan potensi cadangan minyak dan gas dalam jumlah yang sangat besar atau giant discovery. Upaya pencarian sumber migas secara besar-besaran ini tidak lepas untuk memenuhi target produksi yang telah direncanakan oleh pemerintah pusat.
Target produksi pada tahun 2020 sudah dipatok pemerintah sebesar 750 ribu barel oil per day. Sedangkan produksi gas menyesuasikan dengan perkiraan 1,2 juta barel setara minyak sehari. Dengan demikian bisa ditotal, target produksi Migas tahun depan sebesar 2 juta barel setara minyak per hari.
Selain mengejar angka produksi sebagaimana yang ditargetkan, SKK Migas juga menekankan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) untuk dapat melakukan efisiensi biaya produksi, di antaranya dengan menerapkan teknologi digital. Teknologi Digital katanya bisa mempermudah dan mempercepat proses produksi.
Masih dalam upaya peningkatan upaya eksplorasi dan produksi Migas, ditegaskan oleh Dwi Soetjipto, pihaknya berusaha untuk meningkatkan kemampuan dan kecakapan dalam berkerja sama dengan KKKS. Terkait itu SKK Migas akan membangun integrated information centre, memperkuat emergency response centre, serta mengenalkan one door service policy.
Dengan semua kebijakan itu, kata Dwi, SKK Migas dapat berperan langsung dalam membantu KKKS dalam mengurus perizinan, pembebasan lahan maupun Amdal. “Kebijakan ini akan mengenalkan Indonesia sebagai Negara yang ramah terhadap investor."
PARLIZA HENDRAWAN