TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Ma'ruf Amin ingin Indonesia meningkatkan penetrasi pasar keuangan syariah. Ia berharap Indonesia mampu menyalip negara-negara dengan pangsa pasar keuangan syariah yang cukup tinggi. Misalnya Mesir 9,5 persen, Pakistan, 10,4 persen, dan Malaysia 28,2 persen.
"Sampai Januari 2019, market share keuangan di Indonesia termasuk perbankan dan asuransi, baru mencapai 8,6 persen. khusus untuk perbankan syariah baru mencapai 5,6 persen," ujar Ma'ruf kala membua acara Indonesia Sharia Economic Festival di Jakarta Convention Center, Jakarta, Rabu, 13 November 2019.
Ma'ruf menegaskan peran ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia masih jauh dibanding dengan ekonomi dan keuangan konvensional. Karena itu, ia menuturkan bahwa berbagai upaya perlu terus dilakukan dalam mengembangkan pangsa pasar tersebut.
"Tapi upaya untuk mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia tidak berarti dilakukan dengan cara yang membenturkan dengan kemajuan ekonomi dan keuangan konvensional," kata dia.
Pasalnya, ia mengatakan Indonesia menganut dual economic system, sehingga dua jenis sistem keuangan mesti saling bersinergi. "Upaya pengembangan ekonomi dan keuangan syariah harus dilakukan secara sistematis dan bertahap," tutur Ma'ruf.
Meski tertinggal soal pangsa pasar, Ma'ruf mengatakan perkembangan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia tergolong sangat pesat. Berdasarkan laporan Islamic Finance Develpment Indicator tahun 2018 Indonesia berada di urutan 10 dari 131 negara dengan pasar keuangan terbesar.
"Indikator IFDI ini Disusun berdasarkan kriteria perkembangan pertumbuhan keuangan syariah secara kuantitatif," kata Ma'ruf. Misalnya saja soal tata kelola pemerintahan, tanggung jawab sosial, pengetahuan, hingga kesadaran masyarakat. Adapun berdasarkan Islamic Financial Industry Stability Report 2018, Indonesia berada di peringkat 9 dalam hal besarnya aset perbankan syariah.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan soal keuangan syariah sebaiknya tidak hanya berfokus kepada perbankan, melainkan juga pasar modal. Ia mengatakan Indonesia adalah salah satu penerbit sukuk terbesar di dunia. "Jadi jangan lihat perbankan saja, lihat sukuk."