TEMPO.CO, Jakarta - Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) tengah mempersiapkan platform aplikasi online guna mengoptimalkan potensi penerimaan zakat.
Direktur Eksekutif KNKS Ventje Rahardjo menyampaikan optimalisasi pengumpulan zakat secara benar saat ini masih minim. KNKS baru dapat mendata zakat dari seluruh Tanah Air sekitar Rp8 triliun.
"Dana zakat yang terkumpul saat ini masih sangat minim. Kita masih terus mendata dan mencoba peningkatan penggalangan zakat yang Islamic Development Bank bilang itu bisa Rp200 triliun," katanya, dalam Konferensi Pers KNKS, Selasa 12 November 2019.
Dia menuturkan, tahun ini KNKS telah mulai bekerja sama dengan beberapa lembaga, seperti universitas serta pemerintah daerah. Kerja sama ini untuk mempelajari sistem pembayaran dan pengumpulan zakat masyarakat.
Setelah data terkumpul nantinya, KNKS akan memperluas basis penelitian hingga ke kecenderungan masing-masing masyarakat daerah dalam berzakat.
"Pada tahap akhir semua akan kami arahkan ke platform digital, sehingga semua bisa terpantau secara realtime, baik pengumpulan hingga pemanfaatannya," kata dia.
Namun, Ventje menyampaikan skema pemanfaatan dana zakat akan lebih mementingkan masyarakat kurang mampu di daerah sekitar Muzakki (pembayar zakat). Pasalnya, konsep bantuan zakat mendahulukan orang kekurangan yang ada di sekitar orang berlebih. "Kemiskinan itu tanggung jawab dari tetangganya," kata Ventje.