TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan pemerintah membuka peluang menggandeng rekanan lain lantaran belum menemukan kesepakatan valuasi proyek kilang minyak Cilacap yang akan digarap PT Pertamina (Persero) bersama Saudi Aramco.
"Aramco sedang kami valuasi karena selisihnya masih ada US$ 1,5 miliar, jadi nanti kami lihat," ujar Luhut di Kantor Kementerian Koordinator Kemaritiman, Jakarta, Senin, 11 November 2019.
Ia mengatakan hasil valuasi hingga kini masih belum keluar. Namun, kalau nilai tersebut tak kunjung mencapai titik temu, maka Luhut mengatakan pemerintah menyiapkan pilihan lain. "Kalau masih tetap segitu kita lihat pilihan lain, tapi sudah ada pilihan lain."
Sebelumnya Menteri Badan Usaha Milik Negara atau BUMN Erick Thohir meminta kesepakatan valuasi proyek kilang minyak Cilacap yang akan digarap PT Pertamina (Persero) bersama Saudi Aramco segera rampung. Ia menargetkan penghitungan valuasi aset oleh Saudi Aramco kelar dua bulan mendatang, pada Desember nanti.
"Sampai Desember kami lihat sepakat atau tidak. Kalau tidak, kami cari alternatif lain," ujar Erick Thohir di kantor Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Selasa, 29 Oktober 2019.
Aramco dan Pertamina bersepakat menjajaki usaha patungan sejak 2014. Sebelum melanjutkan kerja sama lebih jauh, keduanya lebih dulu menghitung valuasi aset. Namun, bertahun-tahun, perhitungan itu tidak kunjung menemui kesepakatan.
Hingga 2019, keduanya masih berkukuh menggunakan penghitungan valuasinya masing-masing. Rencana perusahaan patungan Pertamina dan Aramco untuk menggarap kilang minyak Cilacap itu pun tak kunjung menemui kepastian.
Sedianya, akhir Oktober ini, joint venture development agreement kedua pihak memasuki masa jatuh tempo agar segera ada titik cerah. Namun rupanya, Aramco belum kelar jmuga. Perpanjangan waktu pun diberikan kembalk hingga akhir tahun, setelah Pertamina dan Aramco menundanya berulang-ulang.
Pertamina sebelumnya merencanakan peningkatan kapasitas kilang Cilacap dari 348 ke 400 ribu barel minyak mentah per hari. Tingkat kompleksitas kilang juga bertambah sehingga Pertamina bisa menambah kapasitas produk petrokimianya. Nilai investasi proyek diperkirakan sebesar US$ 5,5-6 miliar.
Dalam proyek ini, Pertamina hanya menyetor modal sebesar 55 persen. Berdasarkan catatan Tempo, aset kilang yang ada bernilai 40 persen dari total kebutuhan setoran. Kekurangannya akan ditutupi Pertamina dari pinjaman luar negeri.
CAESAR AKBAR | FRANCISCA CHRISTY