Kuasa Hukum dan salah satu pemegang saham Sriwijaya Air, Yusril Ihza Mahendra menyatakan meragukan pengelolaan manajemen Sriwijaya selama dioperasikan oleh Garuda Indonesia Grup sejak November 2018. Selain itu, Yusril juga meragukan pembayaran utang Sriwijaya Air selama manajemen diambilalih Garuda Indonesia Group.
“Garuda juga bilang selama mereka manage, utang Sriwijaya berkurang 18 persen. Kami juga tidak percaya, audit saja,” ujarnya seperti dikutip Bisnis, Ahad 10 November 2019.
Tidak hanya sampai di situ, sebelumnya, pihak emiten berkode saham GIAA tersebut mengklaim bahwa selama operasional dijalankan oleh Garuda Indonesia Grup, kinerja Sriwijaya sempat moncer. Setelah merugi hingga Rp1,6 triliun pada 2018, laporan keuangan Sriwijaya diklaim berbalik menjadi positif pada kuartal I/2019 ,seiring dengan perbaikan manajemen dan strategi perusahaan.
Namun, Yusril masih meragukan capaian kinerja tersebut. Pasalnya, selama kerja sama manajemen berlangsung, pihak Sriwijaya Air lebih banyak dirugikan. Sebab, ia menilai, terlalu banyak konflik kepentingan antara anak-anak perusahaan Garuda Indonesia dengan Sriwijaya.
Menurut Yusril, performa Sriwijaya Air tidak bertambah baik di bawah manajemen yang diambil alih oleh Garuda Indonesia Grup melalui Citilink. Justru, Yusril menilai, perseroan dikelola tidak efisien dan terjadi pemborosan yang tidak perlu.
CAESAR AKBAR | BISNIS