TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi berharap proyek kereta ringan atau LRT Jabodebek (Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi) dapat menjadi contoh bagi pembangunan moda serupa di wilayah lain. "Kalau berhasil, kami akan mengembangkan di kota lain," ujar Budi di Jalan Jenderal Gatot Soebroto, Jakarta, Senin, 11 November 2019.
Budi Karya berharap, proyek tersebut bisa diselesaikan dalam 1-2 tahun ke depan. Dengan demikian, LRT Jabodebek diharapkan mulai beroperasi pada pertengahan tahun 2021. "Surabaya, Bandung, dan Medan sudah menunggu," kata dia.
Meski demikian, Budi Karya berharap untuk ke depannya akan ada inovasi untuk efisiensi dan harga. Dengan demikian desain serupa bisa dibangun di kota lain dengan lebih kompetitif dan menjadi solusi bagi permasalahan transportasi di sana.
Hingga 1 November 2019, pelaksanaan pembangunan prasana LRT Jabodebek Tahap I mencapai 67,3 persen. Sementara progres tiap ruas antara lain lintas Cawang - Cibubur 86,2 persen, Cawang Bekasi Timur 60,5 persen, dan Cawang - Kuningan - Dukuh Atas 58,3 persen.
Hari ini, PT Adhi Karya Tbk melakukan pengecoran terakhir Jembatan Lengkung Bentang Panjang Kuningan untuk menunjang LRT Jabodebek. Jembatan itu diklaim sebagai jembatan kereta box beton lengkung dengan bentang terpanjang di dunia sehingga mengantongi rekor MURI.
Pendiri Museum Rekor Indonesia Jaya Suprana pun memberikan dua penghargaan untuk jembatan tersebut antara lain Rekor Jembatan Kereta Box Beton Lengkung dengan Bentang Terpanjang dan Radius Terkecil di Indonesia. "Ini bahkan memecahkan rekor dunia," ujar Jaya. Selain itu, jembatan tersebut dinobatkan sebagai proyek dengan Pengujian Axial Statistic Loading Test pada Pondasi Bored Pile dengan Beban Terbesar di Indonesia.
Adapun Direktur Utama Adhi Karya Budi Harto mengatakan jembatan LRT Jabodebek dibangun dengan metode balanced cantilever. Jembatan itu memiliki tipe box girder beton dengan radius lengkung 115 meter. Panjang bentang utama adalah 148 meter dan beban pengujian pondasi 4.400 ton.