TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian belum mengetahui secara rinci inisiatif terbaru yang diluncurkan tiga negara, Amerika Serikat, Australia, dan Jepang, bernama Blue Dot Network. Kerja sama ketiga negara ini diduga hadir untuk merespons keberadaan Belt and Road Initiative atau Proyek Jalur Sutra yang diluncurkan Cina.
"Kami masih belum tahu detailnya, segera kami bahas dengan Pak Menko (Airlangga Hartarto) dan Deputi terkait," kata Sekretaris Kemenko Bidang Perekonomian, Susiwijono, saat dihubungi di Jakarta, Sabtu, 9 November 2019.
Senin, 4 November 2019, ketiga negara sepakat meluncurkan Blue Dot Network, sebuah inisiatif multisektor yang mempromosikan pengembangan infrastruktur global. Infrastruktur global ini diklaim memiliki kualitas tinggi dan memiliki standar yang dapat dipercaya.
Lewat Blue Dot Network, nantinya akan ada evaluasi dan sertifikasi terhadap proyek infrastruktur yang sesuai standar di kawasan Indo-Pasifik. "Untuk menciptakan infrastruktur yang berkualitas, untuk menciptakan peluang, progres, dan stabilitas” kata Executive Vice President The U.S. Overseas Private Investment Corporation (OPIC) David Bohigian.
Media asing menulis inisiatif ini sebagai upaya Amerika menandingi Proyek Jalur Sutra milik Cina. Akan tetapi, Under Secretary for Economic Growth, Energy, and Environment, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, Keith Krach membantahnya. "Saya pikir ini bukan respons atas Belt and Road Cina tapi ini kebutuhan dari negara-negara yang terlibat," kata dia.
Tak hanya Kemenko Perekonomian, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan mengaku belum mengetahui inisiatif Blue Dot Network ini. Meski demikian, Luhut memastikan Indonesia tetap membuka peluang untuk terlibat dalam inisiatif besutan Amerika tersebut sepanjang membawa investasi ke Indonesia.
"Dengan mana saja mungkin, dari bulan kalau ada, mau bawa duit," kata dia saat ditemui di kantornya di Jakarta Pusat, Jumat, 8 November 2019.
Luhut menyadari, investasi dari Amerika selama ini masih kalah dibandingkan dengan negara lain seperti Cina, Jepang, dan Singapura. Namun, Luhut menilai seretnya investasi dari Amerika bukanlah karena Indonesia terlibat proyek Belt and Road Inisiative.
Sebab, Luhut menegaskan, Indonesia saat ini sama sekali belum menandatangani kesepakatan apapun dengan proyek milik Cina tersebut. "Belum ada yang jalan, yang jalan private sector semua," kata dia.
FAJAR PEBRIANTO