TEMPO.CO, Jakarta - Perdagangan dalam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan terkonsolidasi menguat pada pekan depan. Perkiraan tersebut didasarkan atas ekonomi domestik Indonesia yang masih baik meskipun pasar dibayangi dinamika perang dagang.
"Data Indonesia masih cukup baik tetapi pasar akan berhati-hati menanti perkembangan perang dagang dan peluang ekonomi dunia memasuki periode resesi," kata Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo, Ahad 10 November 2019.
Hans memperkirakan, pada pekan depan IHSG masih berpeluang konsolidasi menguat dengan support level berada pada rentang 6.139 sampai 6.100. Sedangkan level resistance berada pada rentang 6.200 sampai 6.240.
Sebelumnya, data perdagangan milik Bursa Efek Indonesia mencatat bahwa sepekan kemarin, IHSG mengalami koreksi sebesar 0,47 persen. IHSG terkoreksi dari posisi 6.207,19 pada pekan sebelumnya, menjadi pada posisi 6.177,98.
Mengikuti koreksi IHSG, nilai kapitalisasi pasar selama sepekan juga mengalami penurunan sebesar 0,46 persen. Kapitalisasi pasar tercatat menjadi Rp 7.105,01 triliun dari Rp 7.138,19 triliun pada penutupan pekan lalu.
Sepanjang pekan kemarin, investor asing tercatat melakukan aksi jual bersih hingga Rp 2,57 triliun di seluruh jenis pasar. Adapun, sepanjang 2019, investor asing masih mencatatkan beli bersih sebesar Rp 45,355 triliun.
Hans menjelaskan pasar masih akan terimbas positif sejalan dengan kondisi cadangan devisa yang naik menjadi US$ 126.7 miliar, dari sebelumnya US$ 124.3 miliar. Kenaikan cadangan devisa merupakan indikasi positif bagi perekonomian.
Selain itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2029 sebesar 5,02 persen. Angka ini melampaui perkiraan konsensus para analis sebesar 5 persen. Data ekonomi itu, menunjukkan Indonesia masih positif.
"Sedangkan dari eksternal, pekan depan pasar masih akan di warnai kepastian pemotongan tarif menjelang kepekatan perang dagang fase satu," kata Hans.
Sebabnya, kesepakatan perang dagang dikabarkan menghadapi pertentangan di internal Gedung Putih. Hal ini terlihat, usai Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kepada wartawan di Gedung Putih sempat mengatakan dia belum setuju penundaan tarif impor yang dituntut oleh Cina.
Padahal sebelumnya, juru bicara Kementerian Perdagangan Cina dan pejabat tinggi AS, mengatakan kedua negara telah sepakat untuk membatalkan beberapa tarif. Serta lebih dekat dengan perjanjian perdagangan fase pertama.
DIAS PRASONGKO