Saat Pahala diganti sebagai Direktur Utama Garuda, Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Survei, dan Jasa Konsultasi Kementerian BUMN Gatot Trihargo memuji kinerja Pahala. Sebab, Pahala dianggap berhasil menurunkan 60 persen angka kerugian semester pertama tahun ini dibanding periode yang sama tahun lalu. Selain itu, Pahala dianggap sukses melakukan efisiensi. “Enam bulan cukup berhasil meski di tengah kenaikan harga avtur dan anjloknya nilai tukar rupiah.”
Menurut Gatot, Kementerian BUMN tak terlalu menyoroti hubungan komunikasi direksi dengan karyawan Garuda sebagai alasan kuat pencopotan Pahala. Justru yang dilihat adalah potensi Pahala untuk membenahi perusahaan lain.
DI saat kepemimpinan Pahala, Serikat Karyawan dan Asosiasi Pilot Garuda meminta Menteri BUMN saat itu Rini Soemarno untuk mengevaluasi kinerja direksi di bawah kepemimpinan Pahala dan mengganti direksi jika diperlukan. Mereka menilai kualitas direksi saat itu tak mumpuni.
Kasak kusuk pergantian pucuk pimpinan Garuda muncul. Pahala pun menyatakan siap diganti dan menerima penugasan apa pun dari Kementerian BUMN sebagai pemegang saham dwiwarna di Garuda. “Kalau sudah ditugasi, harus siap diganti,” ujarnya ketika itu.
Lahir pada 1971, Pahala adalah lulusan sarjana akuntansi pada Universitas Indonesia dan MBA program studi Finance pada Stern School of Business, New York University, Amerika Serikat.
Pahala memulai karirnya sebaga konsultan manajemen pada Andersen Consulting, di Jakarta hingga 1997. Pada 1998, dia bekerja secara paruh waktu di perusahaan sekuritas yang berbasis di New York. Kemudian pada 1999, Pahala bergabung dengan Booz Allen & Hamilton sebagai konsultan senior selama 1 tahun.
Pada tahun yang sama, dia bergabung dengan The Boston Consulting Group dan kemudian dipromosikan sebagai pimpinan proyek terutama terkait perbankan hingga 2003.