TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Rosan Roeslani, mengatakan dunia usaha sebenarnya telah mengantisipasi pelemahan ekonomi yang saat ini terjadi, baik di Indonesia maupun di tingkat global. Namun, Rosan meyakini antisipasi baru dilakukan sebatas pada efisiensi operasional, belum sampai ke efisiensi tenaga kerja alias PHK (Pemutusan Hubungan Kerja).
“Kalau PHK gak sih, kalau kita melihatnya efisiensi dari segi operasional,” kata Rosan saat ditemui dalam acara Dialog Nasional Ekonomi Kreatif di Jakarta, Kamis, 7 November 2019. Sebab, kata Rosan, sejumlah industri masih menunjukkan pertumbuhan yang baik, seperti industri ban dan industri pakaian.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia Kuartal III 2019 hanya mencapai 5,02 persen year-on-year/yoy. Angka ini lebih rendah dari Kuartal III 2019 yang mencapai 5,17 persen. “Ini masih tidak terlalu curam dibandingkan negara maju dan negara berkembang lain di tengah perang dagang,” ujar Kepala BPS Suhariyanto di Kantor BPS, Selasa, 5 November 2019.
BPS juga mengumumkan angka pengangguran naik 50 ribu orang, Dari semula 7 juta pada Agustus 2018, menjadi 7,05 juta pada Agustus 2019. Tapi di saat yang bersamaan, realisasi investasi yang tercatat di Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) justru naik menjadi Rp 601,3 triliun (Januari-September 2019), dari periode yang sama tahun lalu, Rp 535,4 triliun.
Menurut Rosan, situasi ini terjadi karena investasi yang tumbuh tersebut tidak masuk ke industri padat karya. Akan tetapi, masuk ke industri ekonomi digital dan start-up. “Kita lihat investasi di Go-Jek dan Tokopedia, itu kan bukan puluhan dan ratusan juta, tapi sampai miliaran,” kata dia.
Meski investasi deras, penyerapan tenaga kerja di sektor-sektor ini tidak bisa sebesar yang bisa diserap industri padat karya. Sehingga, Rosan menilai perlu ada insentif baru di industri padat karya ini agar bisa menyerap lebih banyak tenaga kerja.
Sebaliknya, Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (IdEA) Ignatius Untung mengatakan dampak perlambatan ekonomi belum terlalu dirasakan oleh para pelaku e-commerce. Meski, di saat yang bersamaan, pertumbuhan penjualan ritel yang dicatat Bank Indonesia (BI) menurun. Dari 1 persen yoy pada Agustus 2019 menjadi 0,7 persen pada September 2019.
Di tengah pelemahan ekonomi saat ini, IdEA tetap akan melangsungkan perhelatan Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) ke-9 pada 11-12 Desember 2019. Untung mengakui, pertumbuhan penjualan pada Harbolnas kali ini akan lebih lemah dari tahun lalu. “Tapi bukan karena pelemahan ekonomi, tapi karena memang industrinya yang sudah mature, jadi tidak bisa tumbuh lebih cepat,” kata dia.