TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi meminta Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan menteri di bawah koordinasinya untuk segera memperbaiki current account deficit (CAD) atau defisit transaksi berjalan serta neraca dagang. Menurut dia, hal ini merupakan agenda mendesak di tengah pelambatan ekonomi.
"Dalam kondisi seperti ini, saya sampaikan ada agenda mendesak. Saya sudah sampaikan kepada menteri ekonomi di bawah Pak Airlangga untuk segera bisa menurukan CAD, juga defisit neraca dagang. Kami akan konsentrasi di situ," kata Jokowi dalam acara Indonesia Banking Expo 2019 di Hotel Fairmont, Jakarta Selatan, Rabu 6 November 2019.
Karena itu, Jokowi menjamin, kebijakan yang beroritentasi dengan ekspor akan terus didorong pemerintah. Selain itu, pemerintah juga akan terus mengenjot produksi barang substitusi impor serta peningkatan daya saing produk ekspor.
Jokowi mencontohkan, jangan sampai Indonesia terus melakukan impor produk petrokimia, namun sebenarnya bisa memproduksi secara mandiri. Penghentian impor petrokomia ini dinilai bisa ikut andil dalam menekan impor.
Mantan Walikota Solo itu juga mencontohkan, sebagai negara dengan produksi batu bara yang banyak, Indonesia sebenarnya tidak perlu mengimpor liquid petroleum gas (LPG). Sebab, jika mau memanfaatkan teknologi yang sesuai, batu bara tersebut bisa diolah menjadi LPG.
"Avtur juga sama, minyak sawit kita bisa sebenarnya jadi B20, B30 bahkan B50. Kalau seperti itu, kenapa terus ekspor dalam bentuk raw material? Ini yang sebabkan persoalan pada CAD dan neraca dagang kita," kata Jokowi.
Selain fokus pada CAD dan neraca dagang, Jokowi juga ingin berfokus pada kebijakan untuk menciptakan lapangan kerja. Sebab, saat ini masih ada 7 juta warga masyarakat yang ternyata masuk dalam kategori belum bekerja.