TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro mengatakan bahwa Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) telah berhasil menciptakan komoditas pangan seperti beras memanfaatkan teknologi nuklir yang sebelumnya hanya dimanfaatkan sebagai sumber energi. Menurutnya, pemanfaatan nuklir untuk pangan dinilai aman untuk saat ini.
"Bahkan salah satu produk mereka (BATAN) beras yang dikemasan disebutnya beras nuklir, supaya memberi kenyamanan ke orang bahwa nuklir itu kalau dipakai dengan benar untuk penguatan komoditas itu sebenernya relatif aman," kata dia di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, Selasa, 5 November 2019.
Bambang mengatakan beberapa waktu lalu ia pergi ke BATAN dan ditunjukan beras hasil intervensi teknologi nuklir. Lembaga penelitian energi atom tersebut saat ini telah fokus melakukan pengembangan pangan.
Oleh karena itu saat ini, Bambang mengungkapkan, BATAN telah berhasil menciptakan benih beras dengan teknologi intervensi nuklir. Walaupun begitu dia menghimbau kepada seluruh rakyat Indonesia tidak perlu khawatir oleh dampak yang akan ditimbulkan, karena telah teruji dan tidak menimbulkan efek samping.
"Jadi artinya makan beras itu tidak akan membuat bapak ibu terkena radioaktif ya. Sudah sangat aman, itu cuma intervensinya nuklir," ucapnya.
Selain beras nuklir, Bambang menuturkan, Batan juga telah menggunakan teknologi ini kepada kedelai. Dia menuturkan, sudah mencoba tempe yang merupakan hasil intervensi nuklir.
"Jadi kedelai itu bisa diintervensi dengan nuklir, kedelai lokal sehingga produktivitasnya meningkat kualitasnya pun membaik. saya kemarin mencoba tempe yang dibuat dari kedelai yang berasal dari intervensi nuklir tersebut," ucapnya.
Menurutnya dalam teknologi intervensi nuklir ini ada dua kuncinya, yakni peningkatan produktifitas dan pengembangan kualitas komoditas pangan. Sehingga bisa menguntungkan produksi petani Indonesia, agar tidak hanya mengandalkan pangan impor.