TEMPO.CO, Jakarta - Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pekan depan diprediksi bakal melanjutkan penguatan. Kendati diprediksi menguat, Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan IHSG akan terkonsolidasi menguat.
Hans memperkirakan pada pekan depan, IHSG akan berpeluang terkonsolidasi menguat dengan support level pada rentang 6.178 sampai 6.099. "Kemudian level of resistance berada pada rentang 6.304 sampai 6.348," kata dia melalui keterangan tertulis, Ahad 3 November 2019.
Kendati menguat, Hans menyebut ada empat sentimen yang perlu disimak bagi pelaku pasar bagi pergerakan pekan depan. Berikut empat sentimen tersebut.
1. Tren Suku Bunga Rendah
Bank Indonesia atau BI menyatakan bahwa suku bunga sampai akhir tahun diprediksi masih berada dalam stance yang akomodatif. Selain itu, tren suku bunga rendah diperkirakan juga masih akan berlangsung cukup lama. Karenanya, suku bunga rendah akan menjadi sentimen positif bagi pasar modal pekan depan.
2. Inflasi Masih Terjaga
Tren suku bunga rendah tersebut juga akan di dukung dari sisi tren angka inflasi yang relatif rendah. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi sepanjang Oktober 2019 sebesar 0,02 persen.
Secara tahunan atau year on year (yoy) angka inflasi tercatat lebih rendah dibandingkan Oktober 2018 yang terjadi inflasi sebesar 0,28 persen. Kendati demikian, angka inflasi Oktober tercatat lebih tinggi dibandingkan September yang terjadi deflasi sebesar 0,27 persen.
3. Perang Dagang
Sementara itu, sentimen dari luar akan datang dari perkembagan negosiasi perang dagang antara Cina dengan Amerika Serikat (AS). Sebab, sebelumnya dikabarkan telah terjadi kemajuan dalam negosiasi damai perang dagang antara Cina dan AS.
AS dikabarkan ingin menandatangani kesepakatan pada awal November meski perjanjian fase pertama belum selesai. Kendati demikian, perang dagang juga diwarnai pernyataan pejabat Cina yang pesimistis dengan adanya kesepakatan dalam jangka panjang.
Dalam laporan tersebut diungkapkan bahwa Cina juga enggan untuk berkomitmen memenuhi tuntutan AS. Khususnya untuk membeli produk pertanian AS senilai USD 50 miliar. Hal itu perlu menjadi perhatian pelaku pasar kanena akan menjadi sentimen negatif.