TEMPO.CO, Jakarta - Siapa sangka situs e-commerce Bukalapak yang baru saja mendapat pendanaan dari anak usaha bank asal Korea Selatan, Shinhan GIB, itu, hanya punya modal awal tak sampai jutaan rupiah?
Soal ini, Muhammad Fajrin Rasyid, Co-Founder dan President Bukalapak bercerita panjang lebar. Di hadapan ratusan mahasiswa yang hadir, Fajrin pun buka-bukaan bagaimana sebenarnya modal awal Bukalapak hingga tumbuh menjadi unicorn.
"Buat yang nanya 'Berapa sih modal Bukalapak?' Itu sangat sangat kecil, nggak sampai jutaan rupiah," ujar Fajrin di acara talkshow Jogja Startup Day 2019 di Universitas Amikom Yogyakarta 2 November 2019.
Fajrin merinci modal mereka bertiga saat itu terutama hanya laptop bekas yang dipakai saat masih kuliah bersama di kampus Institut Teknologi Bandung (ITB). Uang yang dikeluarkan saat itu hanya untuk beli domain dan sejenisnya. "Untuk bikin startup awal (versi desktop) ya butuh waktunya cuma dua sampai tiga bulan saja," ujarnya.
Setelah startup awal Bukalapak jadi, ujar Fajrin, bersama kedua rekannya hanya merekrut dua sampai tiga orang untuk membantu mengenalkan dan memasarkan produk mereka. "Jadi bisa dikira-kira, berapa sebenarnya modal awal Bukalapak," ujarnya. Hanya saja yang membedakan, startegi Bukalapak saat itu membangun mitra atau mencari pelapak pelapak yang mau mengisi startup-nya.
Valuasi unicorn Tanah Air itu pun kini sudah mencapai lebih dari US$ 2,5 miliar atau sekitar Rp 35 triliun. Fajrin menuturkan saat ini dari situs yang ia bangun tahun 2010 silam bersama dua rekan kampusnya, Achmad Zaky dan Nugroho Herucahyono itu juga telah mempekerjakan lebih dari 2.000 karyawan.
Fajrin mengklaim, omset rata rata pelapak di Bukalapak setiap tahun naik tiga kali lipat. Bukalapak sendiri menurutnya kini menjadi rumah bagi 5 juta pelapak yang sebagian besar kelompok usaha mikro kecil menengah (UMKM). "(Capaian) Bukalapak ini seperti yang kami harapkan sejak awal, yakni memberi dampak positif bagi UMKM di Indonesia.