TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu pendiri e-commerce Bukalapak, Muhammad Fajrin Rasyid menyebutkan bisnis startup sebenarnya potensial untuk Indonesia yang merupakan negara berkembang. Setumpuk masalah yang ditemui di Tanah Air seperti pengangguran, kemiskinan, indeks daya saing dan lainnya malah dinilai sebagai potensi pengembangan startup.
"Kalau dibilang Indonesia masih banyak masalah, mungkin iya. Namun jangan hanya melihat dari sisi itu saja. Justru karena dibilang banyak masalah itu potensi mengembangkan startup di Indonesia besar," ujar Fajrin, saat berbicara di acara Jogja Startup Day 2019 di Universitas Amikom Yogyakarta, Sabtu, 2 November 2019.
Sebagai contoh, Fajrin bercerita, sepanjang tahun ini saja, ia sudah tiga kali diundang untuk bicara di Korea Selatan. Sebab di negeri ginseng nan maju industrinya itu ternyata ekosistem startupnya tak semaju dan se-menggeliat seperti di Indonesia.
Lebih jauh Fajrin yang juga Co-Founder dan President Bukalapak, menuturkan para pemula yang berniat terjun bisnis startup harus punya mental tahan banting. Pasalnya, selama ini sejumlah startup yang terekspos di media massa kebanyakan yang skalanya sudah besar, sukses dan mapan.
Padahal startup yang gagal atau bangkrut jumlahnya lebih banyak. "Sebanyak 90 persen atau ada yang bilang pula 95 persen startup yang dibuat itu gagal (diterima pasar)," ujar Fajrin