TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan penurunan suku bunga acuan oleh Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve atau The Fed, telah diprediksi pasar sebelumnya. Akan tetapi, momentum penurunan suku bunga tersebut ternyata di luar dari perkiraan BI.
“Dalam perhitungan BI, penurunan suku bunga ini memang lebih awal dari yang kami perkirakan,” kata Perry saat ditemui di Gedung BI, Jakarta Pusat, Jumat, 1 November 2019. Meski lebih awal, Perry menyebut The Fed juga telah memberi pernyataan bahwa kemungkinan penurunan suku bunga ke depan akan semakin kecil.
Rabu, 30 Oktober 2019, The Fed menurunkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat. Dengan demikian dalam tahun ini The Fed menurunkan suku bunga untuk ketiga kali.
Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC), badan penetapan suku bunga Fed, memangkas target suku bunga dana federal menjadi ke kisaran 1,5 persen hingga 1,75 persen. Pemangkasan ini terjadi setelah komite menyimpulkan dalam pertemuan, sebagian besar kebijakan sejalan dengan ekspektasi pasar.
Sebelumnya, BI memperkirakan tidak akan ada lagi penurunan suku bunga The Fed sampai akhir tahun ini. Penurunan baru akan terjadi pada triwulan I 2020. Sebab, BI melihat pertumbuhan ekonomi dan inflasi di Amerika Serikat belum membutuhkan instrumen moneter tersebut.
Meski demikian, Perry menyebut penurunan suku bunga untuk yang ketiga kalinya ini masih membuat nilai tukar rupiah bergerak stabil. Saat pengumuman penurunan suku bunga The Fed, kurs rupiah terhadap dollar tercatat sebesar Rp 14.044 per dolar AS. Sehari kemudian sempat menguat Rp 14.008.
Lalu pada hari ini kembali melemah Rp 14.066. “Jadi tidak ada pengaruh yang signifikan mengenai apa yang terjadi di global, termasuk dari penurunan suku bunga The Fed,” ujarnya.
FAJAR PEBRIANTO