Hal ini mengingat pada awal tahun depan inflasi rawan meningkat karena ada penyesuaian tarif cukai rokok, dan kenaikan iuran BPJS Kesehatan. Dengan dua penyesuaian itu, dia memprakirakan inflasi berpeluang meningkat.
Sementara itu, menurut Peneliti Bidang Makroekonomi dan Keuangan Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abdul Manap Pulungan, inflasi Oktober yang rendah punya banyak faktor. Salah satunya adalah harga minyak memang relatif bergerak stagnan.
Di lain pihak, inflasi pangan juga masih tinggi sehingga harus menjadi perhatian pemerintah dan juga Bank Indonesia dalam mengelola kebijakan moneter. "Dari sisi impor pun (inflasi) tidak signifikan, karena rupiah cenderung menguat," ujar Abdul.
Data Survei Pemantauan Harga dari BI sebelumnya mencatat kenaikan harga yang disumbang sejumlah komoditas per Oktober ini disumbang oleh sejumlah komoditas. Berbagai komoditas itu daging ayam ras sebesar 0,06 persen, bawang merah inflasi 0,02 persen, dan inflasi dari rokok kretek filter sebesar 0,02 persen.
Sepanjang Oktober 2019 pun masih ada sejumlah komoditas mengalami deflasi antara lain cabai merah 0,06 persen, telur ayam ras 0,04 persen, cabai rawit 0,03 persen, dan tarif dasar angkutan udara 0,02 persen.
BISNIS