TEMPO.CO, Jakarta- Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyadari ada penurunan serapan tenaga kerja sepanjang 2019 meski realisasi investasi tumbuh. Akan tetapi, kata dia, penurunan serapan tenaga kerja hanya tipis sehingga bukanlah hal yang substantif.
“Ya cuma 1.000, beda 1.000 aja itu, biasalah, dari padat karya ke mesin,” kata Bahlil dalam konferensi pers di Kantor BKPM, Jakarta Selatan, Kamis, 31 Oktober 2019.
Bahlil menduga, penurunan ini terjadi karena pengalihan dari industri padat karya ke industri yang berbasis mesin. Ketika investasi dimulai, kata dia, memang membutuhkan banyak tenaga kerja. Tapi lama kelamaan, terjadilah mekanisasi dan pemangkasan tenaga kerja. “Tapi nanti tunggu pabriknya jadi, insya Allah naik lagi,” kata dia.
Sepanjang tahun ini, Januari hingga September 2019, BKPM telah mencatat jumlah penanaman modal sebesar Rp 601,3 triliun atau naik 12,3 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang hanya Rp 535,4 triliun. Akan tetapi, kenaikan ini tidak diikuti oleh pertumbuhan penyerapan tenaga kerja.
Sepanjang Januari hingga September 2019, jumlah tenaga kerja yang berhasil diserap hanya 703.296 orang. Sementara di periode yang sama tahun lalu, jumah tenaga kerja yang diserap mencapai 704.813. Sehingga, terjadi penurunan tipis sebesar 1.517 tenaga kerja.
Jika dilihat dari sumber penghasil tenaga kerja, jumlahnya nyaris berimbang. Sepanjang tahun ini, Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp 317,8 triliun menyerap tenaga kerja sebanyak 354.754 orang. Sementara, Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp 283,5 triliun menyerap tenaga kerja hingga 348.542 orang.
FAJAR PEBRIANTO