TEMPO.CO, Tuban- PT Pertamina dan Rosneft PJSC telah menandatangani perjanjian proyek pembangunan kompleks kilang minyak dan petrokimia Tuban di Moskow, Rusia pada Senin lalu. Terkait proyek pembangunan kilang Tuban tersebut, Sekretaris Daerah Tuban, Budi Wiyana, mengatakan bahwa saat ini Pemerintah Tuban tengah membantu proses pembebasan lahannya.
Dari sekitar 800 hektare lebih lahan yang dibutuhkan untuk kilang Tuban, baru sekitar 349 hektare yang sudah dibebaskan. Sisanya yang tengah dalam proses pembebasan milik masyarakat dan Perhutani sekitar 500 hektare.
Menurut Budi, proses pembebasan lahan ini melibatkan Badan Pertanahan Nasional (BPN) Tuban dan nanti melibatkan tim independen. ”Ya proses pembebasan lahan,” ujarnya pada Tempo Kamis 31 Oktober 2019.
Lahan yang telah dibebaskan adalah milik pemerintah yang sebagian berada di Desa Wadung, Desa Mentoso dan Desa Rawasan, ketiganya berada di Kecamatan Jenu, Tuban. Sedangkan sisanya yang tengah dalam proses pembebasan berada di Desa Sumur Geneng, Desa Kali Untu dan sebagian di Desa Wadung, juga di Kecamatan Jenu, Tuban.
Pihak PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia yang merupakan joint venture telah dibentuk sejak Oktober 2016. Dalam perusahaan patungan ini, porsi kepemilikan saham Pertamina sebanyak 55 persen dan Rosneft 45 persen.
Usaha patungan dua perusahaan migas ini dibentuk dengan melihat kondisi pasar dan prospek pertumbuhan Indonesia yang menjanjikan. Hal inilah yang mendorong Pertamina dan Rosneft sepakat mengembangkan konsep komplek kilang dan petrokimia yang memiliki daya saing tinggi.
“Pabrik diprediksi menjadi salah satu kilang dengan teknologi tercanggih di dunia,” ujar Unit Manager Communication & CSR Pertamina MOR V, Rustam Aji, sebagaimana dalam release yang diterima Tempo, Kamis.
Kilang Tuban didesain memiliki kapasitas pengolahan utama hingga 15 mmta. Sebagian di antaranya akan mengolah Petrokimia seperti produk etilen sebanyak 1 mmta dan hidrokarbon aromatik sebanyak 1,3 mmta. Kilang Tuban rencananya akan mulai berjalan pada tahun 2025.
Dengan adanya tambahan kilang Tuban, maka Indonesia diprediksi tidak perlu lagi mengimpor BBM setelah semua proyek kilang selesai. Lebih dari itu, Pertamina juga bisa memasok produk hasil olahannya yang berlebih ke pasar komersial.