TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan akan terus memantau dinamika penjualan Surat Berharga Negara atau SBN ritel. Hal itu merespons penjualan surat utang pemerintah Obligasi Negara Ritel seri ORI016 yang mencapai Rp 8,21 triliun atau lebih rendah dari target Rp 9 triliun.
"Di satu sisi kita akan bertahap menjaga dari sisi kebutuhan pembiayaan kita melalui diversifikasi instrumen. Dari ritel juga kita tahu bahwa masyarakat punya appetite dan mungkin ekspektasi return yang diharapkan," kata dia di Gedung Dhanapala Kementerian Keuangan Jakarta, Selasa, 29 Oktober 2019.
Dia menjelaskan terdapat dua hal yang menjadi pertimbangkan pemerintah untuk menerbitkan surat berharga. Pertama, pemerintah ingin melakukan diversifikasi instrumen pembiayaan. Kedua, dari sisi investor ritel memiliki pertimbangan return yang ditawarkan.
Selain itu, dia akan berkoordinasi dengan pemangku kepentingan di sektor keuangan, seperti Otoritas Jasa Keuangan dan Bank Indonesia. Hal itu bertujuan agar sektor keuangan bisa berjalan secara harmonis.
"Sehingga selalu ada harmoni dalam rangka bersama-sama menjaga sektor keuangan kita dan termasuk dari sisi imbal hasil yang mencerminkan riil risiko yang dianggap fair untuk seluruhnya, baik investor ataupun untuk issuernya dalam hal ini negara," kata dia.
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu mencatat hasil penjualan ORI016 Rp 8,21 triliun. Nilai itu tidak melampaui target indikatif pemerintah dan masih di bawah volume penjualan ORI015 yang sebesar Rp 23,28 triliun.
Per 2 Oktober 2019 pemerintah resmi menawarkan ORI16 dengan nilai penjualan minimum Rp 1 juta hingga maksimal Rp 3 miliar. Tingkat bunga yang ditawarkan ORI016 memang lebih rendah dibandingkan ORI015 karena sejalan dengan penurunan suku bunga global dan bunga acuan Bank Indonesia.
ORI016 memiliki tenor atau jangka waktu tiga tahun dengan pembayaran bunga dilakukan setiap bulan. ORI016 merupakan ORI pertama yang yang diterbitkan secara daring melalui sistem e-SBN. Instrumen ini juga dapat dijual 100 persen di pasar sekunder sehingga lebih likuid dibanding instrumen investasi lain.
Saat ini, ORI dapat dibeli melalui 23 mitra distribusi yang telah ditunjuk oleh Kementerian Keuangan terdiri dari bank, sekuritas, hingga perusahaan finansial berbasis teknologi. Pemerintah menargetkan penjualan ORI016 bisa mencapai Rp 9 triliun.
HENDARTYO HANGGI | ANTARA