TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom senior dari Institute for Development of Economics and Finance atau Indef, Aviliani, memberikan wejangan kepada Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama serta wakilnya, Angela Tanoesoedibjo. Menurut Aviliani, dalam merancang program pemerintahan ke depan, keduanya harus memperkuat ekosistem meeting, incentive, convention, exhibition atau MICE.
“Tanpa MICE, devisa enggak akan banyak. Kunjungan wisatawan asing atau wisman dari MICE mendatangkan devisa lebih besar daripada backpacker,” ujar Aviliani saat dihubungi Tempo pada Ahad, 27 Oktober 2019.
Meski tak menjabarkan data secara detail, Aviliani mengatakan mayoritas pemerolehan devisa pariwisata berasal dari tamu di ajang-ajang internasional, seperti konferensi atau seminar. Umumnya, ujar dia, para tamu asing yang datang untuk keperluan acara formal itu lebih loyal membelanjakan uangnya ketimbang wisman yang datang untuk liburan.
Oxford Economic 2018 sebelumnya mengungkapkan sejatinya Indonesia moncer di sektor bisnis event. Dari sektor tersebut, pendapatan langsung yang diperoleh Indonesia tercatat mencapai US$ 6,3 miliar. Namun, angka-angka itu belum sepenuhnya menangkap potensi devisa dari MICE.
Aviliani mengatakan situasi tersebut terjadi lantaran MICE di Indonesia belum terorganisasi dengan baik. Saat ini, agenda-agenda MICE skala internasional baru digelar di lingkup pemerintah pusat. Padahal, konferensi serupa bisa dimaksimalkan oleh pemerintah daerah dengan menggandeng swasta.
Tak hanya MICE, pekerjaan rumah lainnya, kata Aviliani, ialah mendatangkan wisman dengan memaksimalkan potensi berbagai daerah. Bercermin dari situasi sebelumnya, ia mengatakan kebijakan pemerintah pusat menunjuk 10 destinasi prioritas tidak efektif mendongkrak kunjungan wisman, apalagi mendulang devisa.
“Contohnya Danau Toba. Sampai sekarang masih belum maksimal mendatangkan wisman. Sedangkan daerah lain yang tidak masuk destinasi prioritas malah potensial menggaet kunjungan,” ujarnya.
Aviliani mengimbuhkan, semestinya pemerintah pusat menggelar kompetisi untuk pemerintah daerah. Daerah-daerah yang nantinya berhasil mengembangkan pariwisata, ujar dia, layak memperoleh insentif. “Dengan begitu daerah akan berlomba menjaring wisman,” tuturnya.