TEMPO.CO, Mataram - Kustodian Sentral Efek Indonesia atau KSEI mencatat hingga 23 Oktober 2019, total investor di pasar modal (SID) mencapai angka 2,28 juta. Jumlah ini meningkat hingga 41,15 persen dibandingkan pada akhir 2018 yang mencapai 1,61 juta investor.
"Ini membuktikan bahwa sosialisasi investasi saham oleh otoritas bursa, termasuk sosialisasi investasi lewat instrumen reksa dana berhasil," kata Direktur Utama KSEI Uriep Budhi Prasetyo ditemui media di Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, Jumat 25 Oktober 2019.
Jika dirinci, total jumlah investor di instrumen saham (C-BEST) sampai 23 Oktober 2019 telah mencapai 1,05 juta. Jumlah ini meningkat sebesar 23,89 persen jika dibandingkan sepanjang tahun 2018 yang baru mencapai 852 ribu investor.
Tak hanya di instrumen saham, jumlah investor instrumen reksa dana meningkat signifikan. Menurut catatan KSEI, jumlah investor reksa dana telah menembus angka 1,59 juta. Atau naik 60,20 persen dibandingkan akhir 2018 yang baru mencapai 995 ribu investor.
Sedangkan di instrumen Surat Berharga Negara (SBN) juga ikut meningkat meski secara nilai jumlahnya masih kecil. KSEI mencatat sampai 23 Oktober jumlah investor di SBN telah mencapai angka 302 ribu. Jumlah ini meningkat 54,82 persen dibandingkan sepanjang 2018 yang mencapai 195 ribu investor.
Uriep menjelaskan demografi investor tersebut ternyata didominasi kalangan muda atau berumur kurang dari 30 tahun. Investor yang masuk kriteria ini jumlahnya mencapai 43,28 persen, meskipun aset yang dimiliki masih tergolong paling kecil sebesar Rp 12,15 triliun.
"Walaupun jumlah asetnya itu masih kecil jika dibandingkan total aset investor di atas umur 60, tapi ini masa depan investasi Indonesia," kata Uriep.
Dari sisi usia, investor yang memiliki aset terbanyak berada pada usia di atas 60 dengan total aset senilai Rp 243,49 triliun (5,08 persen dari kelompok usia. Kemudian posisi kedua diikuti oleh kelompok umur 51-60 tahun dengan nilai Rp 101,98 triliun (9,90 persen dari kelompok usia).
Kemudian dari sisi penghasilan, investor paling banyak adalah yang memiliki penghasilan antara Rp 10 juta-Rp100 juta. Kemudian diikuti oleh kelompok investor dengan penghasilan sebesar Rp 100 juta sampai Rp 500 juta. Sedangkan posisi ketiga berasal dari kelompok penghasilan di bawah Rp 10 juta sebesar 12,69 persen.
Selanjutnya dari sisi pekerjaan, investor paling banyak bekerja sebagai pegawai baik swasta maupun PNS dan guru dengan persentase 54,32 persen. Lalu disusul oleh kelompok pekerjaan pelajar dengan persentase 18,56 persen dan lainnya sebesar Rp 12,05 persen.
DIAS PRASONGKO