TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Sunarso mengatakan jika suku bunga acuan Bank Indonesia turun akan bagus untuk pasar. Hal itu merespons BI yang akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur BI hari ini.
"Kalau BI Rate turun saya pikir bagus untuk market, karena kami melihatnya bahwa sebenarnya sekarang ini pricingnya turun, tetapi kami menghadapi kenyataan bahwa LDR (industri) masih di atas 90 persen," kata Sunarso di Gedung BRI I, Jakarta, Kamis, 24 Oktober 2019.
Menurut dia, dengan penurunan suku bunga acuan BI, nantinya diharapkan ada relaksasi-relaksasi untuk bidang itu.
Bulan lalu, BI memutuskan untuk kembali menurunkan tingkat suku bunga acuan atau BI 7 Days Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin atau bps, sehingga kini menjadi 5,25 persen. Selain itu, BI memutuskan untuk menurunkan suku bunga deposit facility dan lending facility sebesar 25 bps, sehingga masing-masing menjadi 4,50 persen dan 6,00 persen.
"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 18-19 September memutuskan untuk menurunkan BI 7 Days Repo Rate 25 basis poin jd 5,25 persen. Kebijakan tersebut konsisten dengan rendahnya perkiraan inflasi yang berada di bawah titik tengah sasaran 3,5 persen serta tetap menariknya imbal hasil pasar keuangan domestik sehingga ikut mendukung stabilitas eksternal," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo saat mengelar konferensi pers di Jakarta, Kamis 19 September 2019.
Dengan penurunan tingkat suku bunga acuan tersebut, BI tercatat telah menurunkan tingkat suku bunga sebanyak tiga kali tahun ini. Penurunan pertama diputuskan pada 18 Juni 2019 sebesar 25 bps menjadi 5,75 persen dan kedua 22 Agustus 2019. Sedangkan sepanjang 2018 kemarin, BI telah menaikkan tingkat suku bunga sebesar 175 bps menjadi 6 persen.
Perry menjelaskan, keputusan untuk menurunkan tingkat suku bunga tersebut juga sejalan dengan kebijakan pre-emptive BI. Hal itu untuk mendorong pertumbuhan ekonomi domestik di tengah ekonomi global yang melambat.
Selain itu, Perry menjelaskan, BI tetap akan melakukan operasi moneter yang diarahkan guna memastikan angka kecukupan likuiditas. Langkah ini sejalan untuk meningkatkan efisiensi pasar uang. Dia berharap langkah itu bisa ikut memperkuat transmisi kebijakan moneter yang akomodatif.