Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan industri pada triwulan II 2019 hanya tumbuh 3,62 persen. Sementara periode yang sama tahun sebelumnya tumbuh 4,36 persen. Namun, jika dilihat lebih dalam, pertumbuhan industri manufaktur besar dan sedang pada triwulan II mengalami kontraksi, yaitu -1,91 dibanding triwulan sebelumnya.
Karena itu, Herry mempertanyakan posisi Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian yang kini diisi bekas Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto. Sebab, Airlangga yang justru membuat kinerja industri manufaktur menjadi negatif. “Dia yang meninggalkan kinerja negatif pada industri manufaktur.”
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Rusli Abdulah juga menyoroti menteri ekonomi yang memiliki latar belakangnya partai yang kuat. Dia khawatir hal ini bisa meningkatkan ego sektoral pada masing-masing kementerian.
"Sehingga, kementeriam akan jalan sendiri-sendiri. Berbeda misalnya, kalau antara Kementerian Koordinator Perekonomian dengan Kementerian Perindustrian yang satu partai," kata Rusli ketika dihubungi Tempo, Rabu 23 Oktober 2019.
Dengan susunan ini, Rusli khawatir banyak kepentingan politik yang ikut terbawa. Selain soal ego sektoral yang tinggi, Rusli juga mengkhawatirkan persoalan koordinasi antar kementerian yang tak baik.
Rusli mencontohkan hal serupa pernah terjadi pada beberapa tahun ke belakang. Salah satunya terjadi antara Kementerian Perdagangan (Kemendag) dengan Kementerian Pertanian (Kementan) di masa Kabinet Jokowi Jilid I. Kedua kementerian ini nyatanya justru tak sinkron terkait data produksi dan impor beras.