TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia Marthin Hadiwinata menyoroti adanya tiga kemunduran pada sektor kelautan dan perikanan pada periode kedua pemerintahan Presiden Joko Widodo. Kemunduran pertama, kata dia, tampak dari pemilihan Edhy Prabowo sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan di Kabinet Indonesia Maju, menggantikan Susi Pudjiastuti.
"Kemunduran pertama terlihat dari menteri terpilih untuk KKP dipimpin politikus. Sudah seharusnya kementerian KP yang terkait dengan produksi pangan perikanan nasional dipimpin oleh profesional yang paham masalah produksi perikanan dari akar rumput hingga kebijakan nasional," kata Marthin dalam keterangan tertulis, Rabu, 23 Oktober 2019.
Kedua, Marthin melihat Jokowi menjadikan posisi KKP sebagai transaksi ke mantan lawannya. Mengingat, Edhy adalah politikus Gerindra yang pada pemilu lalu berseberangan dengan Jokowi. Langkah itu, menurut dia, menunjukkan Jokowi tidak mendudukkan dalam perhatian utama terhadap kelautan dan perikanan. "Karena jika masih menjadi fokus, seharusnya tidak ditransaksikan," ujar Marthin.
Ketiga, Marthin mengatakan kondisi ini bergeser sangat jauh dari cita-cita poros maritim Jokowi. "Ini menunjukkan pemerintah hanya akan menjadikan laut sebagai sumber daya yang akan dieksploitasi, terlihat dari adanya nomenklatur Kementerian Maritim dan Investasi," tuturnya.
Di samping itu, Marthin menilai kompetensi pejabat yang ditunjuk tidak ada kaitannya dengan maritim dan tidak ada evaluasi atas kinerja sebelumnya. "Ini adalah kemunduran besar Jokowi."
Edhy Prabowo adalah Wakil Ketua Umum Partai Gerindra. Sejak pekan lalu, sumber Tempo yang mengetahui proses penyusunan kabinet mengatakan nama Edhy Prabowo salah satu calon yang hampir pasti menjadi menteri untuk lima tahun ke depan.
Nama Edhy Prabowo sebagai calon menteri dari Gerindra sudah beredar sejak Juli lalu. Majalah Tempo edisi 1 Juli 2019 menulis, sejumlah narasumber di koalisi pengusung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno mengatakan koalisi Gerindra mendapatkan sejumlah tawaran.
Tawaran tersebut adalah dua kursi menteri, dua kursi Wakil Ketua MPR, dan dua kursi Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres). Ada pula beberapa duta besar dan kepala badan. Salah satu nama yang mengerucut adalah Edhy Prabowo. Awalnya ia diperkirakan bakal menempati jabatan sebagai Menteri Pertanian, tapi belakangan berganti menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan.
Edhy Prabowo pernah belajar di Akademi Militer, Magelang, pada 1991. Namun karir Edhy di militer hanya bertahan dua tahun lantaran kena sanksi. Keluar dari tentara, dia merantau ke Jakarta. Edhy kemudian berkenalan dengan Prabowo Subianto yang masih berpangkat letnan kolonel dan menjabat Komandan Grup III Kopassus TNI Angkatan Darat.
Edhy Prabowo disekolahkan oleh Prabowo di Fakultas Ekonomi Universitas Moestopo, Jakarta Selatan, dan berlatih silat setiap pekan di Batujajar, Bandung. Dia pun menjadi orang dekat sekaligus kepercayaan Prabowo.
Edhy kelahiran Muara Enim, Sumatera Selatan, pada 24 Desember 1971. Dia juga mendampingi Prabowo ketika bermukim di Yordania setelah dipecat dari militer dengan pangkat jenderal bintang tiga.
Prabowo mendirikan Partai Gerindra pada 2008 dan Edhy bergabung. Dia mengikuti Pemilu 2009 dari Daerah Pemilihan Sumatera Selatan I, kampung halamannya.
Sudah dua periode dia menjadi anggota DPR, Edhy terpilih lagi dalam Pemilu 2019. Pada periode 2009-2014 dia menjabat Ketua Komisi VI (perdagangan, perindustrian, koperasi, dan Badan Usaha Milik Negara). Sedangkan pada 2014-2019, Edhy menjadi Wakil Ketua Komisi IV (pertanian, perkebunan, kelautan, kehutanan, perikanan, dan pangan). Edhy Prabowo juga menjabat Ketua Harian Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (PB IPSI) dan Prabowo Subianto adalah ketua umumnya.
DEWI RINA