TEMPO.CO, Jakarta - PT PLN (Persero) akan menggelontorkan investasi hingga Rp 3 triliun di Papua. Investasi sebesar itu untuk mengembangkan tiga pembangkit energi baru terbarukan (EBT) dan membagikan tabung listrik untuk melistriki 1.724 desa di Papua.
Tiga EBT tersebut yakni pembangkit listrik tenaga pikohidro (PLTPh), pembangkit listrik tenaga biomassa (PLTBm), dan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Hingga saat ini, potensi EBT yang baru dapat dihitung adalah tenaga air yang besarannya mencapai 11.000 MW.
Pembangkit listrik tenaga pikohidro merupakan pembangkit skala sangat kecil yang memanfaatkan energi air dengan kapasitas listrik yang dihasilkan mencapai 100 hingga 5.000 watt. Sementara itu, PLTBm digunakan dengan memanfaatkan biomassa seperti bambu, kayu, serat kelapa sawit, dan bahan organik kering lainnya.
PLTS dinilai cocok dikembangkan di daerah yang sulit dijangkau oleh transportasi darat seperti Papua. Energi listrik yang disalurkan melalui jaringan tegangan rendah atau dapat digunakan sebagai stasiun pengisian energi listrik untuk tabung listrik.
Direktur Bisnis Regional Maluku dan Papua PLN Ahmad Rofik mengatakan, rencana pengembangan pembangkit EBT baru bisa dimulai pada tahun depan dengan membangun sejumlah PLTS. Kemudian, PLTBm dan PLTPh juga akan mulai dikonstruksi pada 2021.
“Apabila seluruh proyek tersebut jadi diterapkan, PLN akan melakukan investasi sekitar Rp2 triliun hingga Rp3 triliun,” kata Ahmad, akhir pekan lalu.
Hingga saat ini, PLN masih mengusahakan pembiayaan untuk mendanai proyek-proyek tersebut. PLN juga akan membagikan tabung listrik pada tahun depan. Tabung listrik merupakan alat penyimpanan energi (power storage) layaknya power bank yang digunakan untuk melistriki rumah.Tabung listrik dengan daya 500 VA tersebut diyakini tidak hanya mampu menghidupkan penerangan tetapi juga televisi dan alat elektronik lainnya.