TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo mengatakan BI sepakat bahwa diperlukan upaya bersama untuk meningkatkan kerja sama, memitigasi risiko, meningkatkan resiliensi, dan mengimplementasikan kebijakan untuk mendorong pertumbuhan melalui bauran kebijakan.
"Bank Indonesia juga mendukung kelanjutan kajian Integrated Policy Framework yang sedang dilakukan IMF untuk meningkatkan pemahaman dan efektivitas kebijakan ekonomi yang ditempuh oleh setiap negara sesuai dengan karakteristik dan kondisinya," kata Dody dalam keterangan tertulis, Ahad, 20 Oktober 2019.
Hal itu dia sampaikan saat menghadiri rangkaian Pertemuan Tahunan International Monetary Fund dan World Bank (IMF-World Bank) di Washington D.C., Amerika Serikat.
Menurut Dody, berbagai risiko telah mengancam pertumbuhan ekonomi global antara lain berupa ketegangan perdagangan yang berimplikasi pada ketidakpastian kebijakan, risiko geopolitik, pengetatan kondisi keuangan di tengah terbatasnya ruang kebijakan, tingginya tingkat utang, dan meningkatnya kerentanan di sektor keuangan. Di samping itu, risiko terkait perubahan iklim (climate change) juga menjadi perhatian pada Pertemuan Tahunan ini karena dipandang memiliki dampak bagi stabilitas sistem keuangan sehingga perlu segera dimitigasi dengan kebijakan di sektor keuangan.
Perkembangan teknologi, kata dia, juga menjadi topik diskusi sehubungan dengan manfaat dan juga risiko sehingga diperlukan upaya untuk menyeimbangkan dukungan bagi inovasi di sektor keuangan dengan pengaturan/pengawasannya.
Dalam plennary meeting International Monetary and Financial Committee (IMFC), peserta mendukung Global Policy Agenda IMF yang disampaikan Managing Director IMF yang baru, Kristalina Georgieva, yang berupaya untuk memperkuat kerja sama internasional. Upaya yang akan dilakukan IMF tersebut, kata Dody, dilatarbelakangi pertumbuhan perekonomian global yang diperkirakan melambat dari 3,6 persen pada 2018 menjadi 3,0 persen pada 2019, sebelum akhirnya diproyeksikan kembali melanjutkan momentum positif menjadi 3,4 persen pada 2020.
Pada rangkaian pertemuan tahunan tersebut juga diselenggarakan pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20. Pada pertemuan tersebut Dody juga menyampaikan pentingnya mengatasi kerentanan di sektor keuangan yang disebabkan oleh fragmentasi di sektor keuangan untuk memastikan resiliensi dan menjaga stabilitas sistem keuangan.
Lebih lanjut, BI juga menekankan pentingnya melanjutkan agenda reformasi di sektor keuangan, dengan tetap memperhatikan fleksibilitas bagi otoritas sesuai dengan kondisi spesifik di setiap negara. "Hal ini dapat dicapai melalui identifikasi kerangka pengaturan dan pengawasan yang ada untuk mengatasi kerentanan yang ada dan kerja sama internasional yang dibutuhkan, termasuk yang disebabkan dari perkembangan teknologi," ujar Dody.