Pada Maret 2015, angka kemiskinan tercatat 11,22 persen. Angka itu membaik pada 2016 yang tercatat 10,86 persen. Sementara per Maret 2017, angka kemiskinan tercatat 10,64 persen dan kembali turun ke 9,82 persen pada 2018.
Setali tiga uang, target tingkat ketimpangan nasional juga tidak tercapai dalam lima tahun terakhir. Tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Indonesia yang diukur oleh rasio gini hanya mencapai 0,382 pada Maret 2019. Padahal angka tersebut ditargetkan mencapai 0,36 persen pada akhir 2019.
Seperti halnya tingkat kemiskinan, tingkat ketimpangan selama satu periode Jokowi menunjukkan tren penurunan. Pada Maret 2015 angka kemiskinan tercatat di angka 0,408. Angka tersebut turun ke 0,397 pada Maret 2016. Pada Maret 2017, tingkat ketimpangan berada di 0,393 dan merosot lagi ke 0,389 pada 2018.
Ditantang Selesaikan Kemiskinan
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro berharap tingkat kemiskinan dan tingkat ketimpangan bisa kembali turun pada hasi Survei Sosial Ekonomi Nasional yang dilakukan BPS pada September 2019.
Bambang berpesan kepada penerusnya agar memperbaiki instrumen dalam mengurangi kemiskinan dan ketimpangan. Selama ini, pemerintah lebih banyak mengambil langkah subsidi harga. Padahal, menurut dia, kebijakan itu tidak efektif dalam mengurangi kemiskinan dan ketimpangan.
"Subsidi harga itu cenderung menghabiskan anggaran dan tidak tepat sasaran," ujar Bambang. Karena itu, ia berharap pemerintah ke depannya bisa memilih kebijakan bantuan sosial yang lebih tepat sasaran. Kuncinya, tutur dia, Bappenas harus mengecek dan memastikan Kementerian Sosial memperbaharui basis data terpadu secara benar.
Adapun target RPJMN lainnya yang belum tercapai adalah tingkat pengangguran terbuka yang hingga Februari 2019 masih di angka 5,01 persen. Angka tersebut berselisih tipis dari target 4-5 persen. Di samping itu, Indeks Pembangunan Manusia pada 2018 baru mencapai 71,4 poin dari target 76,3 poin di 2019.
Selain sejumlah target RPJMN tak tercapai, hal mencolok pada akhir periode Jokowi melorotnya peringkat daya saing Indonesia berdasarkan laporan World Economic Forum. Laporan itu mencatat bahwa daya saing Indonesia melorot 5 peringkat ke posisi 50 padahal sebelumnya berada di posisi 45. Indonesia mengumpulkan skor 64,6 atau lebih rendah 0,3 poin dibandingkan pada 2018.